Namanya Sarmi, perempuan rentah ini tinggal di sebuah dusun di Desa
Pinggirpapas Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Betapa sangat
mengiris hati kisah ibu yang satu ini. Selama puluhan tahun beliau hidup
seorang diri, sebelumnya dia punya seorang anak dan dua orang cucu.
Anak Ibu Sarmi bernama Maryam, saat masih kecil Maryam sudah ditinggal
oleh sang ayah dan menjadi yatim.
Maryampun tumbuh menjadi seorang
gadis cerdas dan cantik di desanya, saat di bangku sekolah dia sering
dapat nilai tinggi, tak heran jika banyak lelaki yang tertarik akan
kecantikannya. Saya tahu persis karena dia adalah teman sekolah saya
saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Selepas menamatkan pendidikan
di sekolah dasar gadis cantik ini tidak melanjutkan sekolah karena
faktor ekonomi. Selang beberapa waktu kemudian Maryam menikah dengan
seorang lelaki yang masih satu kampung dan tinggal bersama ibunya yaitu
Ibu Sarmi. Pasangan ini kemudian dikaruniahi dua orang anak laki-laki,
mereka hidup seperti kebanyakan masyarakat lainnya.
Duka mulai datang
tatkala Maryam jatuh sakit selama berbulan-bulan dan pada akhirnya
Allah memanggilnya. Maryam tutup usia saat masih muda dan meninggalkan
orang-orang yang dicintainya. Setelah Maryam meninggal sang suami pulang
ke rumah orang tuanya. Tinggallah saat itu Ibu Sarmi beserta dua orang
cucunya yang masih kecil.
Duka belum berakhir, disaat ibu Sarmi masih
terngiang-ngiang dan kehilangan Maryam tak berapa lama cucunya yang
kedua juga mengikuti sang ibu menghadap Ilahi, tak sampai disitu
beberapa tahun kemudian cucunya yang pertama juga turut serta
meninggalkannya sendirian. Lengkap sudah derita ibu Sarmi, dia
ditinggalkan orang-orang terkasih dalam hidupnya. Akhirnya kini selama
bertahun-tahun perempuan tua ini hidup seorang diri. Dia sempat menjadi
buruh garam sebelum akhirnya mengundurkan diri karena merasa tidak kuat
lagi dengan pekerjaan di tengah teriknya sang matahari. Saat ini dia
hanya makan dengan mengandalkan belas kasihan orang-orang di
sekitarnya.
Di usianya yang sudah senja beliu hidup sendirian di
sebuah rumah yang jauh dari kesan layak. Tak ada langit-langit di rumah
ini, dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu banyak terdapat
lubang disana-sini dengan ditambal benda seadanya. Saya membayangkan
ketika malam hari betapa sangat dingin rasanya angin malam dan saat
hujan datang.
Di
rumah kecil ini terdapat tiga ruangan yaitu ruangan depan, sebuah kamar
kecil dan ruang dapur yang sangat sempit di bagian belakang. Di ruangan
depan terdapat sebuah amben yang digunakan sebagai tempat tidur dan dua
buah kurni kuno. Sementara di ruangan kamar terdapat sebuah lemari kuno
nan kusam dan ranjang yang tidak ditempati, di ranjang ini terdapat
beberapa bantal yang sudah dikemas dalam karung. Bantal-bantal ini
dimasukkan kedalam karung karena khawatir dicabik-cabik tikus. Sedangkan
dibagian belakang terdapat ruang yang sangat sempit sebagai dapur. Tak
ada tabung elpiji di tempat ini, yang ada hanya tunggu perapian dari
bongkahan batu dan kayu bakar serta sebuah gentong air. Ruangan ini
sangat kusam dan kehitaman terkena asap api setiap hari. Saat saya
memasuki dapur di rumah ini terlihat seekor ayam meloncat keluar dari
lubang yang terdapat di dinding, maklum saja lubang terdapat
disana-sini. Untuk penerangan wanita tua ini mengandalkan belas kasihan
tetangga sebelah yang rela menyumbang sebuah lampu untuk penerangan dan
rela memberi air untuk kebutuhan sehari-hari.
Sungguh sangat
menyentuh hati nasib perempuan tua ini, saat saya menemuinya air mata
saya tak terbendung melihat sandal yang dipakainya sudah putus talinya
tapi beliau tetap memakainya dan tali sandal tersebut diikat dengan tali
kecil.
Ya Allah.. semoga beliau diberi ketabahan dan kelak ditempatkan di tempat terbaik
Jum'at, 2 Oktober 2015
Catatan Rakyat Jelata
Home »
Catatan Harian
» Kisah Si Tua Rentah di Negeri Tercinta
Kisah Si Tua Rentah di Negeri Tercinta
Posted by Edy Abujamil
on 01:17
0 comments:
Post a Comment