Kumuh dan bau,
itulah kesan pertama ketika melihat kondisi pinggiran Desa Pinggirpapas.
Pinggirpapas adalah sebuah desa yang dikelilingi oleh lahan pegaraman.
Letak geografis desa ini berada dalam Kecamatan Kalinget Kabupaten
Sumenep. Dari lokasi ini PT.Garam (Persero) yang merupakan salah satu
BUMN telah memproduksi jutaan ton garam untuk kebutuhan nasional.
Jumlah Penduduk desa
ini hampir mencapai 5.000 jiwa dan di Desa Pinggirpapas sedikit sekali
tanah lapang. Hampir seluruh tanah di desa ini dipenuhi rumah-rumah
penduduk. Disudut-sudut desa terutama di pinggiran desa tampak sampah
berserakan. Di pinggir sungai sampah ini bercampur dengan kotoran
manusia, sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Maklum mayoritas
penduduk desa Pinggirpapas punya kebiasaan buang air besar di sungai.
Jamban (WC Sungai) dapat kita lihat dibeberapa lokasi. Dan sebagian
besar masyarakat desa ini tidak memiliki WC di rumah.
Sungai yang
dulunya lebar dan dalam, beberapa tahun terakhir mulai mengalami
pendangkalan akibat kebiasaan buruk masyarakat yang membuang sampah
sembarangan. Hal ini juga diperparah dengan ulah sebagian warga yang
sengaja menimbun sungai untuk kemudian mendirikan rumah disitu. Alhasil
sungai menjadi semakin sempit.
Ketika air surut kondisi jamban sungai ini sungguh sangat memprihatinkan, bahkan bisa dibilang pemandangan yang “mengerikan”. Betapa tidak, sampah berserakan hampir diseluruh bagian sungai bercampur dengan kotoran manusia.
Kesadaran akan
pentingnya sungai yang dalam untuk keberlangsungan jamban (wc sungai)
akhirnya mendorong warga di salah satu dusun. Warga RT 05 dan RT 06
Dusun Dhalem sempat bergotong royong untuk mengeruk sungai. Namun hal
itu rupanya tidak bertahan lama, setahun kemudian sudah dangkal kembali.
Warga dua RT ini juga pernah mengajukan proposal kepada PT.Garam
(Persero) terkait pengerukan sungai. Namun bertahun-tahun mereka
menunggu tak ada respon apapun dari pihak PT.Garam .
Kondisi ini rupanya mengundang kprihatinan dari mahasiswa yang tegabung dalam Kaukus Mahasiswa Sumenep ( KMS ). Beberapa
waktu lalu mereka terjun langsung untuk melihat kondisi desa ini dan
sempat beraudiensi dengan Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Sumenep serta
sejumlah kepala bagian dan kepala dinas di Pemkab, namun belum juga ada
perubahan.
Baru-baru ini tepatnya
tanggal 13 Desember 2013 Kaukus Mahasiswa Sumenep (KMS) juga sempat
mendemo kantor PT Garam (Persero) di Jalan Raya Kalianget. Mereka
menuntut perusahaan terbuka soal dana CSR (Corporate Social Responcibility). Dan juga meminta perusahaan garam milik negara itu bertanggung jawab atas dampak lingkungan atau cominity development (CD).
Bahkan, mereka mensinyalir
CSR sama sekali tidak dilaksanakan karena tidak dirasakan dampaknya
oleh masyarakat sekitar. Namun Pihak PT.Garam (Persero) membantahnya,
menurut pihak BUMN ini bukan hanya CSR saja, malah perusahan telah
melaksanakan program kemitraan dan bina lingkungan.
Lalu jika semua itu benar, mengapa masyarakat banyak yang tidak tahu ? dan mengapa lingkungan mereka tetap saja kumuh..????
Akhir Desember 2013
Catatan Rakyat Jelata
Abu Jamiledy