Posted by Edy Abujamil
on 19:57
Ungkapan “Sekejam-Kejamnya
Ibu Tiri, Lebih Kejam Ibu Kota” rupanya tidak berlaku bagi sebagian warga
di kepulauan Sumenep yang meraup keuntungan dari kerja keras mereka di Jakarta.
Awalnya hanya beberapa orang, namun lambat laun mayoritas wargapun mulai
ketagihan untuk mengadu nasib ke ibukota. Tak heran jika sebagian besar warga
di kepulauan Sumenep seperti Gili Raja, Gili Genteng dan Talango meningkat taraf
ekonominya karena merantau ke Jakarta. Rumah-rumah mewahpun kemudian
bermunculan di pulau-pulau ini. Tak cukup itu saja kendaraanpun bertebaran
seperti mobil mewah dan juga motor keluaran terbaru yang harganya tergolong
mahal.
Umumnya mereka bekerja sebagai pemilik dan
penjaga toko dan warung-warung kecil di Jakarta yang menjual berbagai macam
kebutuhan sehari-hari seperti sembako dan lainnya. Mereka tersebar di berbagai
wilayah di Jakarta hingga Tangerang. Penghasilan mereka berkisar antara 6 hingga
9 juta perbulan. Jika omset perhari mencapai 2 hingga 3 juta, maka keuntungan
mereka mencapai 10 %. Kabar kesuksesan orang-orang inipun akhirnya merambah
sampai ke desa penghasil garam seperti Karanganyar dan Pinggirpapas. Ini bermula
dari mereka yang suami atau istrinya adalah warga kepulauan seperti Talango. Warga
yang merantau ini disebut oleh warga setempat dengan istilah “Jakartaan”. Jika ada orang yang
mengobrol tentang “Jakartaan” maka
yang terbayang adalah rumah mewah, mobil dan motor mewah, serta berbagai aset
besar lainnya.
Fenomena “Jakartaan”
ini mulai merebak di Karanganyar dan Pinggirpapas dalam beberapa tahun
terakhir. Hingga saat ini puluhan warga Desa Pinggirpapas misalnya sudah berada
di ibukota Jakarta untuk mengadu nasib. Warga desa Pinggirpapas yang umumnya
bekerja sebagai petani garam mulai melirik untuk alih profesi sebagai penjaga
warung di Jakarta. Memang menjanjikan penghasilan di Ibukota ini, bahkan
mengalahkan gaji TKI yang bekerja di luar negeri seperti Malaysia. Biasanya warga
yang bekerja ke Jakarta menitipkan anaknya kepada keluarga yang masih tinggal
di desa, kecuali yang masih balita yang terpaksa harus ikut serta orang tuanya.
Jumlah warga Karanganyar dan Pinggirpapas dipastikan akan terus bertambah
banyak yang ke Jakarta dalam beberapa tahun kedepan. Tak heran jika musim
kemarau Desa ini semakin lengang penduduknya. Maklum jika musim kemarau hampir
separuh atau bahkan lebih warga dua desa ini merantau keluar daerah untuk
menjadi petani garam.
Entah sampai kapan “magnet Jakarta” akan berhenti menyedot warga dua desa ini. Yang pasti
selama penghasilan dari bekerja di Jakarta tetap menjanjikan, maka selama itu
pula warga di Sumenep dan daerah lain di Indonesia akan terus mengalir ke
Jakarta.
Sumenep, 16 Juli 2014
0 comments:
Post a Comment