Learning

Cara Cek Nomor Sendiri XL dan AXIS 2018

Barangkali ada sebagian dari anda yang merasa kebingungan saat mau mengecek nomor HP sendiri yang mungkin belum anda simpan di daftar kontak. Kali ini saya ingin berbagi cara untuk mengecek nomor sendiri khusus pengguna kartu XL dan AXIS.

Caranya adalah sebagai berikut :
Tekan *123*817# lalu panggil.
Tunggu beberapa detik, dan nomor anda akan ditampilkan.

Demikian semoga artikel pendek ini bermanfaat.
Salam dari ujung timur Madura


https://web.facebook.com/abu.jamiledy
Klik untuk membuka Facebook


Menonaktifkan Fitur Auto-Download WhatsApp

Settingan bawaan WhatsApp akan langsung men-download semua pesan video, suara serta gambar yang kita terima di obrolan (chat) pribadi dan di group.
Untuk menghindari gambar atau video yang dibagikan tidak layak untuk dikonsumsi anak-anak barangkali anda perlu menonaktifkan fitur tersebut.

1. Klik tombol menu yang berupa 3 titik di pojok kanan atas.


2. Klik “Setting” atau “Setelan



3. Klik “Data Usage” atau “Penggunaan data dan penyimpanan


4. Di menu“Media Auto Download” atau “Unduh otomatis media hilangkan centangnya di tiap menu, lalu klik OK




Demikian  cara menonaktifkan fitur download otomatis pada WhatsApp, Semoga artikel ini bermanfaat.

IBU-IBU PENGEMAS GARAM TAMBAK, SIAPA YANG PEDULI PADAMU?

Tahun 2017 merupakan tahun paling bersejarah dan akan dikenang oleh para petani garam. Betapa tidak, tahun ini harga garam merupakan yang tertinggi dalam sejarah garam rakyat. Harga garam tahun ini menembus angka hingga Rp.3.800.000,-/ ton, harga yang sangat fantastis, padahal sebelumnya harga garam hanya dikisaran 700 - 800 ribuan.Meski harga ini tidak bertahan lama namun telah menorehkan sejarah indah bagi para petani.
Beberapa hari ini para petani mulai merasa gelisah. Pasalnya harga garam terus melorot seiring makin lancarnya produksi garam. Harga garam saat ini dikisaran 1,5 juta / ton. Para aktivis di lingkaran petani garam mulai bereaksi, mulai dari sekedar berdiskusi di sosmed hingga ke ruangan anggota Dewan untuk memperjuangkan agar harga garam tidak terus terjun bebas. Saya rasa ini sesuatu yang wajar agar harga tidak jauh terpuruk.
Sebagai 'mantan' petani garam ( sekarang jadi pingin lagi hehe.. ) saya tahu persis kehidupan dan kesejahteraan para petani garam. Menurut generasi terdahulu dan seolah menjadi rumus adalah harga garam 1 ton = 1 gram emas. Jika mengacu pada rumus tersebut dengan harga emas saat ini maka harga garam idealnya adalah 500 hingga 700 ribu/ ton.
Nah, sekarang kita bicara kesejahteraan secara umum di wilayah desa dengan warga yang sebagian berprofesi sebagai petani garam. Meski tidak bisa disebut kaya akan tetapi kehidupan petani garam jauh lebih sejahtera dibanding dengan warga yang tidak punya pekerjaan tetap dan serabutan. Apalagi jika kita mengacu pada rumus harga diatas dan didukung dengan kondisi musim kemarau yang normal.
Dibalik hingar-bingar harga garam yang menggiurkan itu ada sekelompok orang di lingkaran petani garam yang hidupnya jauh dari kata sejahtera. Mereka adalah ibu- ibu yang mengemas garam rakyat, memasukkan garam ke dalam karung lalu menjahitnya yang dalam bahasa lokal dikenal sebagai "Tokang ngesse'e". Mereka yang berangkat dini hari dan kadang pulang larut malam. Bahkan untuk kondisi tertentu siap bekerja kapan saja baik siang maupun malam.
Untuk mengemas garam satu ton ( biasanya 20 karung ) mereka mendapat upah 15 .000 hingga 17.000/ ton. Dengan nominal rupiah tersebut mereka harus membagi hasil tersebut dengan beberapa orang yang terlibat dalam pengemasan garam tersebut.
Lalu, siapa yang akan memperjuangjan nasib mereka.??

Saya Buta Aksara, Saya Cinta Indonesia


Widanto, usianya menginjak 11 tahun dan anak ini adalah anak yang buta aksara serta Yatim pula, sejak dua tahun lalu ditinggal ayah tercintanya. Widanto terlahir dalam keluarga miskin di desa Pinggirpapas Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Karena beberapa faktor anak ini tidak dapat sekolah dan mengaji. Faktor utama adalah tidak adanya keinginan anak untuk sekolah, hal ini barangkali karena rasa minder mengingat teman seusianya saat ini sudah kelas 3 dan 4 SD.

Dalam peringatan HUT RI ke -72 tahun ini ada yang menarik dengan sosok Widanto. Rumah anak ini berdiri diatas tanah Negara di pinggir jalan raya. Kebetulan sang ibu punya bendera merah putih, lalu Widanto meminta bendera tersebut dengan maksud dipasang di depan rumahnya. Hari itu anak ini membuat heboh warga setempat. Pasalnya dia memasang bendera merah putih dengan posisi terbalik, yakni putih merah.

Kisah Widanto ini seolah menyentil kita semua bahwa sesungguhnya dia juga ingin seperti teman-temannya, ingin juga merasakan menjadi anak yang normal dan dia juga Cinta Indonesia, meski dia buta aksara. Semoga suatu saat nanti Tuhan memberi jalan agar anak ini tergerak hatinya untuk menuntut ilmu dan bisa baca tulis serta bisa mengaji seperti teman-temannya. Dan semoga ada orang atau pihak yang peduli akan masa depan anak ini. Aamiin…

Cara Menampilkan Serangga di Layar Android





Saat ini yang lagi hangat dalam pembicaraan adalah munculnya serangga di layar android. Banyak orang yang iseng dan melakukan 'pembodohan' hehe.., dengan menyuruh mengetik #kecoa, *semut, ular.on.com dan lain-lain di kolom komentar sosmed untuk menampilkan hewan yang dimaksud. Ada beberapa orang yang berhasil ‘menghipnotis’ teman-temannya, sehingga kolom komentarnya penuh dengan nama-nama serangga haha…



Oke, kali ini saya ingin berbagi informasi bahwa sesungguhnya itu semua menggunakn aplikasi untuk menampilkan berbagai jenis serangga di layar androidnya. Aplikasi itu diantaranya adalah Lelucon Kecoak di Ponsel, Semut di Layar – lelucon lucu, Ular di Layar – Lelucon Desis, dan lain-lain.Nah, sekarang tinggal kalian pasang saja aplikasi-aplikasi tersebut jika ingin menampilkan serangga yang dimaksud.

Sekian, semoga bermanfaat

Salam dari ujung timur Madura

DESA BERSIH BUKANLAH MIMPI

Bukanlah perkara mudah untuk menghilangkan stigma desa Pinggirpapas yang selama ini dikenal sebagai desa kumuh menjadi desa bersih dan asri. Hal ini menjadi perhatian serius berbagai pihak, baik internal dan eksternal.  Tak dapat dipungkiri bahwa kebiasaan buruk masyarakat  terkait sampah dan lingkungan bukanlah sesuatu yang mudah untuk merubahnya. 

Salah satu kebiasan buruk masyarakat  yang memberi kontribusi terhadap kekumuhan adalah “ternak liar” yakni kambing dan ayam yang dibiarkan berkeliaran di pemukiman warga. Hampir seluruh kambing di desa ini tidak memiliki kandang, jikapun ada hanya ditempati pada malam hari, sementara siang hari hewan ternak berkaki empat ini berkeliaran bebas hingga desa sebelah. Akibatnya hampir tidak ada satu halaman rumahpun di Pinggirpapas  yang terbebas dari kotoran kambing.

Sejauh ini saya melihat sepertinya belum ada langkah serius pihak terkait untuk merealisasikan mimpi,  mewujudkan desa Pinggirpapas yang bersih dan sehat. Sejujurnya saya akui memang bukanlah pekerjaan yang mudah untuk menyadarkan masyarakat  akan pentingnya hidup bersih dan sehat serta keluar dari lingkaran kekumuhan, namun bukan berarti kita tidak bisa merubahnya.

Hari ini saya merasa bahagia dan bangga, bagai menemukan setitik cahaya di tengah malam gelap gulita. Seorang warga desa Pinggirpapas telah memberi contoh yang baik dan semestinya ditiru oleh warga yang berternak kambing dan ayam serta diapresiasi dan diberi perhatian khusus oleh aparatur desa dan pegiat lingkungan hidup, ini dapat saya saksikan secara kasat mata. 

“Orang super” ini namanya Bapak Marsuto, tinggal di Dusun Dhalem RT.05 RW.06 Desa Pinggirpapas Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Beliau memelihara kambing dan ditempatkan di sebuah tanah lapang berukuran 3x4 meter. Di tempat ini juga dibuatkan atap agar kambing tak kepanasan dan kehujanan. Tiap hari Bapak Marsuto memberi makan kambingnya dengan rumput dan daun yang beliau ambil dari pehohonan di sekitar desa.

Menurut saya orang ini luar biasa dan bisa kita dijadikan suri tauladan bagi peternak lainnya. Pak Marsuto beternak kambing tanpa memberikan dampak negatif untuk warga disekitarnya.  Jadi tidak ada yang mustahil jika kita punya keinginan yang kuat untuk merubah sesuatu menjadi lebih baik. Desa Pinggirpapas yang bersih, sehat serta asri bukanlah sebuah mimpi semata, akan tetapi kita bisa mewujudkannya.

Salam Perubahan !

Jurus Sapu Bersih Pelanggan 900 VA

Kebijakan pemerintahan Jokowi mencabut subsidi listrik 900 VA begitu dirasakan oleh masyarakat yang kurang mampu. Pihak terkait beralasan bahwa subsidi banyak dinikmati oleh mereka kaum berpunya. Punya kulkas, punya AC, dan punya perabotan lainnya yang tergolong mewah.

Sebagai tindak lanjut kemudian pemerintah membentuk tim dan  menyarankan agar mereka pengguna listrik 900 VA yang kurang mampu  mengajukan surat pengaduan untuk mendapatkan kembali subsidi. Berdasarkan Permen ESDM 29/2016 ini, Rumah Tangga Miskin dan Tidak Mampu yang belum menerima subsidi tarif tenaga listrik dapat menyampaikan pengaduan melalui Desa/Kelurahan. Ada posko dan formulir pengaduan yang harus diisi.

Terkait pengurusan berkas untuk pengaduan ini  fakta dibawah tidak semudah yang pemerintah bayangkan. Saya ambil contoh adalah keluarga Pak Busani dan Ibu Samila yang tergolong miskin namun menggunakan listrik 900 VA. Keluarga miskin ini adalah warga desa Pinggirpapas kecamatan Kalianget kabupaten Sumenep yang beberapa tahun lalu mendaftar ke kantor PLN Sumenep. Niat mereka inginnya yang 450 VA, namun pihak PLN setempat beralasan stok meteran yang 450 VA lagi kosong yang ada stok meteran 900 VA. Maka dengan sangat terpaksa keluarga ini memasang listrik yang 900 VA.

Dengan menjadi pelanggan listrik 900 VA keluarga ini otomatis siap dengan konsekwensinya, yakni biaya beban dan tarif listrik lebih mahal. Bayangkan saja, keluarga miskin yang tinggal di rumah gedek sederhana ini harus mananggung beban tagihan listrik sebesar Rp.40.000,- hingga Rp.60.000,- setiap bulannya. Ini harga yang mereka bayar sebelum pencabutan subsidi listrik.

Kebijakan pemerintah mencabut subsidi listrik saat ini membuat beban hidup keluarga ini kian meningkat. Kini mereka harus membayar lebih mahal dari sebelumnya. Di rumah gedek ini tidak ada perabotan listrik apalagi AC, karena mereka tidak perlu listrik untuk menikmati AC sebab lubang di dinding rumah dan juga genteng yang tanpa langit-langit sudah menjadi 'AC Alami' bagi mereka. Terkait "kenaikan tarif listrik" atau yang istilah pemerintah "pencabutan subsidi" keluarga ini sudah menyerahkan berkas-berkas semisal KTP dan KK kepada perangkat desa untuk ditindaklanjuti,  namun hingga saat ini belum ada kejelasan. Pihak desa beralasan belum ada petunjuk teknis terkait pengajuan surat tidak mampu ini dan meminta keluarga Pak Busani untuk bersabar.

Yang ironis keluarga miskin ini tidak memiliki 'Kartu Sakti' KPS ( Kartu Perlindungan Sosial ) yang diterbitkan oleh Pemerintah sebagai penanda Rumah Tangga Miskin. Ini membuktikan bahwa data terkait warga miskin masih belum valid dan perlu pembenahan.

Maka kebijakan pemerintah mencabut subsidi listrik tak pelak menjadi jurus sapu bersih tanpa pandang bulu.

Powered by Blogger.