Isu SARA Qobla Pilpres




Menjelang Pilpres berbagai manuver dan isu mulai tampak di depan mata, dan yang paling banyak terjadi adalah dikalangan umat Islam. Maklum saja penduduk negeri ini mayoritas adalah umat Islam, bahkan konon Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Momentum Pilpres banyak dimanfaatkan oleh para calon untuk mendekati dan “membujuk” agar umat Islam mendukung mereka. Safari Politikpun dilakukan ke basis-basis umat islam khususnya umat Islam tradisional yang tersebar di beberapa pesantren. Dari satu pesantren ke pesantren lainnya kerap didatangi oleh para capres yang dikemas dengan berbagai macam label, entah bentuknya Silaturrahmi atau dengan label yang berbeda. Seiring dengan manuver para Capres banyak isu-isu miring yang mewarnainya. Isu itu sengaja dihembuskan oleh simpatisan, mungkin juga tim para Capres, atau pihak lain yang memancing di air keruh.
Setelah Pemilu tanggal 9 April 2014 usai, peta politik mulai bisa dilihat dan dirasakan, dukungan mulai mengerucut dan yang paling santer dan sering menjadi headline news di berbagai media pertarungan antara dua kandidat yakni Jokowi dan Prabowo. Isu-isu miringpun mulai bermunculan menyertai keduanya, tak terkeculai isu SARA.
Misalnya baru-baru ini Jokowi yang didukung oleh salah satu parpol berbasis Islam yaitu PKB diberitakan tidak bisa berwudhu dengan sempurna dan Jokowi dikabarkan didukung oleh orang-orang anti Islam dan para konglomerat Kristen, salah satunya adalah James Ready yang katanya getol melakukan kristenisasi di Indonesia.
Sementara disisi lain Prabowo yang juga didukung oleh parpol Islam PPP dan diperkirakan PKS serta PAN juga akan ada di satu gerbong bersama Gerindra mengusung Prabowo gencar pemberitaannya. Disebutkan bahwa Prabowo terlahir dari rahim Dora Sigar seorang Kristen asal Manado, dan keluarga besar Prabowo banyak yang beragama Kristen termasuk adiknya.
Disadari atau tidak, setiap pemeluk agama apapun besar atau kecil akan memberikan kontribusi kepada agama yang dianutnya, baik berupa materi atau berupa pemikiran. Yang perlu disadari oleh umat Islam di Indonesia adalah negara ini bukan negara Islam tetapi negara Pancasila yang Bhinneka Tunggal Ika. Dan di dalam negara Pancasila siapapun berhak mencalonkan dan dicalonkan.
Hingga detik ini calon terkuatpun bukan berasal dari kalangan pesantren. Jadi umat Islam Indonesia seharusnya mulai merenung dan berfikir menjelang Pilpres mendatang bukan saatnya lagi kita terjebak pada isu SARA, tetapi lihatlah gaya kepemimpinannya dan yang sekiranya sesuai dengan pilihan hati kita. Namun tak ada salahnya umat Islam berdo’a agar beberapa hari kedepan ada calon pemimpin alternatif yang memang religius dan juga punya sifat nasionalis dan bisa mengayomi seluruh rakyat Indonesia. Jika itupun tidak terjadi semoga Tuhan menuntun langkah kita pada saat pencoblosan dan berdo’a semoga Tuhan mengantar jemari kita untuk mencoblos salah satu calon yang ada sekarang dan semoga siapapun yang terpilih kelak bisa mengemban anamah dan bisa menjadi pemimpin yang “Rahmatan lil ‘alamin”.
Catatan Orang Desa
13 Mei 2014
Abu Jamiledy

Secuil Cerita Tentang Pernikahan di Madura


13998171341860532732

Indonesia sungguh merupakan negeri yang besar dan kaya dengan segala macam tradisi dan kebudayaan. Salah satunya adalah tradisi dalam pesta pernikahan di sebuah desa di ujung timur Pulau Madura tepatnya Desa Pinggirpapas Kabupaten Sumenep. Dalam menyambut dan merayakan pesta pernikahan di desa ini ada beberapa hal yang berbeda dengan daerah lain di Madura.
Ada dua sebutan dalam acara hajatan pernikahan di desa Pinggirpapas, yang pertama adalah hajatan yang dikemas dengan nama “Salamettan Kabin” (Selamatan Pernikahan) dan yang kedua adalah pesta pernikahan yang dikemas dengan nama atau sebutan “Karja”(Pesta Pernikahan). Umumnya “Salamettan Kabin” dilakukan oleh mereka yang memang dari sisi ekonomi kurang mampu, namun ada juga orang yang dari segi finansial memadai namun enggan melaksanakan hajatan pernikahan dengan besar-besaran, tentunya dengan berbagai macam alasan sehingga lebih memilih melaksanakan dengan cara sederhana “Salamettan Kabin” (selamatan pernikahan). Kemudian ada juga beberapa warga ketika sudah melaksanakan “Salametta Kabin” (Selamatan pernikahan) beberapa bulan kemudian mereka juga melaksanakan “Karja” (Pesta Pernikahan).
Biasanya dalam hajatan pernikahan “Salamettan Kabin” rangkaian acaranya dilaksanakan pada pagi hari. Dan dalam acara tersebut dilaksanakan akad nikah serta pembacaan Sholawat Nabi yang ditutup dengan do’a. Undanganpun biasanya hanya dihadiri ratusan orang dan tidak menerima tanda restu dalam bentuk amplop atau apapun, dalam bahasa masyarakat setempat disebut “Tak Ngala’ Tolong” (Tidak menerima sumbangan berupa apapun). Ketika pulang para undangan ini membawa plastik kresek yang berisi Nasi dan beberapa makanan, warga menyebutnya “Berkat”.
Sementara jika melangsungkan hajatan pernikahan dalam bentuk “Karja” (Pesta Pernikahan) prosesnya lumayan panjang dan melelahkan. Betapa tidak, persiapan yang sangat matang dibutuhkan mengingat acara itu biasanya dihadiri oleh ribuan undangan. Ada beberapa tahapan dengan segala macam sebutan mulai persiapan hingga acara berlangsung.
Pertama adalah “Ngin-tangngin”(Begadang semalam suntuk). Ngin-tangngin biasanya dilakukan sepuluh hari, seminggu, atau lima hari sebelum hari pesta pernikanan berlangsung, hal ini tergantung keinginan shohibul hajat (tuan rumah). Dalam acara ngin-tangngin biasanya diisi dengan duduk bersila bersama layaknya orang dalam acara pertemuan atau pengajian sambil mengobrol dan juga sambil memutar video kesenian seperti kerawitan dan sinden atau video ludruk . Menjelang larut malam formasi mulai berubah, warga yang berusia lanjut tetap duduk bersila atau bahkan mundur lebih dulu untuk istirahat. Sementara yang masih tergolong usia muda mulai dengan membuat lingkaran dan duduk santai sambil bermain catur atau kartu untuk menghilangkan rasa kantuk, tak ada taruhan dalam bentuk uang dalam permainan ini tetapi bermain hanya untuk mengusir kantuk.
Kedua adalah “Reng-tareng” (mendirikan dapur sementara) untuk keperluan pesta. Reng-tareng biasanya dibuat dari rancangan bambu dan ditutup dengan terpal. Proses ini dilakukan empat hari sebelum acara.
Ketiga adalah “ Tattarop”( mendirikan terop/tenda). Ini dilakukan biasanya tiga hari menjelang pesta pernikahan. Dihari ini kesibukan sangat nampak sekali, mulai dari pemasangan terop, sound system dan berbagai peralatan pesta.
Ke empat adalah “Nyambelli” (Penyembelian hewan sapi). Sapi biasanya didatangkan satu hari sebelum disembelih atau sore hari ketika proses pendirian terop. Proses penyembelian sendiri biasanya dilakukan pada dini hari dan tepat di depan rumah shohibul hajat (tuan rumah). Pagi harinya mulailah ibu-ibu sibuk memotong daging untuk sajian pesta esok hari. Sementara ibu-ibu yang lain sibuk dengan persiapan makanan dan suguhan lainnya.
Kelima adalah “Daddina” ( hari pesta pernikahan ). Desa Pinggirpapas memang mempunyai kebiasaan yang berbeda dari desa lainnya. Jika di desa lain undangan datang sepanjang hari tapi tidak begitu dengan di Pinggirpapas. Undangan paling padat adalah dipagi hari sekitar jam 07.00 WIB s/d 09.00 WIB. Memang dalam undangan biasanya dicantumkan Jam : Sehari, namun kebiasaan masyarakat setempat selalu saja undangan membludak di pagi hari dan bahkan membuat panitian kewalahan, kecuali tamu atau undangan yang dari tempat lain yang memang datang dan menghadiri acara itu hingga sore hari. Dalam pesta ini bisanya dihibur oleh Kesenian Sinden dan Kerawitan atau belakangan ada beberapa yang digantikan dengan orgen tunggal. Masakan khusus untuk hidangan pesta dikenal dengan sebutan “Supra” yaitu hidangan yang disajikan untuk 10 orang dengan format melingkar, nasi dalam 1 nampan besar, 1 piring makanan ringan sejenis agar-agar atau ada juga dengan buah pisang, 2 mangkok kuah gulai, 2 mangkok air untuk membasuh tangan dan dikelilingi 10 piring yang sudah berisi ikan dan lauk serta 10 air gelas dan tissu yang biasanya terbuat dari koran atau buku bekas. Kata “Supra” ini seringkali dipakai oleh warga untk menghadiri undangan. Sehingga jika seseorang yang mengajak teman atau tetangga untuk menghadiri pesta pernikahan sering mengajak dengan berkata “Ayok Asupra’a
Yang terakhir adalah “Matoron Tattarop” (menurunkan terop) atau ada juga yang bilang “Li-mabeli” (mengembalikan peralatan). Ini dilakukan sore hari setelah acara atau keesokan harinya tergantung seberapa banyak dan ramai undangan yang hadir.
Demikianlah sedikit cerita dari pelaksanaan Pesta Pernikahan di Desa Pinggirpapas Kab.Sumenep. Tentu hal ini tidak sama dengan pelaksanaan pesta pernikahan di daerah lain. Namun bagaimanapun juga perbedaan dalam melaksanakan pesta pernikahan ini semoga tidak menghilangkan atau mengurangi tujuan utama dari pernikahan itu sendiri yaitu membentuk keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, apalagi dalam agama pernikanan itu sendiri adalah merupakan sebuah ibadah.
Catatan Orang Desa
11 Mei 2014
Abu Jamiledy

Kucing di rumahku




Miouw.. miouuww...
Suara itu membangunkanku
Dan saat aku terbangun
Ratusan bahkan ribuan kucing berkeliaran di rumahku
Ada apa.. tanyaku dalam hati
Oh.. ya hari ini kami baru saja panen ikan

Kami kelilingi Ikan sebagimana kucing mengelilingi kami
Kuperhatikan satu persatu kucing itu
Warnanya bermacam-macam
Tapi sikapnya rata-rata sama...
Kuperhatikan juga raut mukanya
Ada yang meraung dengan keras,
Ada juga yang memelas, meminta dikasihani
Bahkan ada yang sok dekat
Semua mencari perhatian dan mengharap iba
Agar kami memberi mereka ikan

Tapi..bagaimana yach
Ikan kami hanya beberapa ekor saja
Pasti tak cukup jika di bagikan untuk semua kucing
Haruskah aku kasih mereka..???
Atau aku biarkan saja

Miouw..miouwww
Ada beberapa kucing yang mendekat
Mereka seolah berkata
“Beri aku ikan, aku ingin berbagi dengan keluarga dan sahabat disana”
Aku tertegun sejenak. “Kucing ini baik juga, mau berbagi”

Tapi aku masih ragu, aku trauma..
Panen ikan sebelumnya, rata-rata mereka serakah
Waktu itu kami beri mereka ikan
Mereka menghabiskannya sendirian
Setelah itu mereka sering tidur.... dan melalaikan tugasnya
mestinya mereka jaga rumah kami
Dari bahaya tikus-tikus liar
Yang selalu menggerogoti apapun
Yang ada di rumah kami

Sekarang aku bingung
Kucing-kucing itu hampir semua sama
Aku sulit membedakannya,,
Aduhh..bagaimana
Mau memberi ikan atau aku abaikan saja..
Hmmm...


Sumenep, 08 April 2014
Abu Jamiledy

Ketika si Miskin Sakit di Negeri yang Sakit



13967757732128450170
Sumenep- Lihat Wajahnya, matanya terlihat cekung tatapannya kosong. Lihat badannya, hanya tinggal daging pembungkus tulang. Tak ada lagi sisa senyum di wajahnya, yang ada hanya rintihan kesedihan dan kepasrahan. Dialah Juma’asi warga Desa Pinggirpapas Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep pemegang “Kartu Perlindungan Sosial” . Tubuhnya terbaring lemah tak berdaya akibat penyakit komplikasi yang di deritanya. Penyakit yang menggerogotinya selama bertahun-tahun telah membuat segalanya menjadi kelabu. Juma’asi sempat dirawat selama 4 hari di RSUD Dr.Moh. Anwar Sumenep. Juma’asi menderita Gagal Ginjal, Kencing Manis, dan entah apalagi, yang jelas dokter RSUD Moh. Anwar mengatakan bahwa penyakit wanita miskin ini komplikasi dan sudah kronis. Pihak RSUD Sumenep sudah menyarankan agar Juma’asi dirujuk ke Surabaya untuk menjalani cuci darah. Namun apa daya pihak keluarga terpaksa membawa pulang karena alasan ketidak tahuan dan alasan ekonomi. Saat ini, dirumah kecil dan kamar yang sempit keluarga ini hanya bisa pasrah dan menunggu detik-detik Sang Malaikat maut menjemput Juma’asi.
“Apa yang bisa kami lakukan..??, kami hanya bisa pasrah” begitu ungkap Bahrabi, suami Juma’asi yang sejak lama juga menderita penyakit lumpuh. Sejak beberapa tahun yang lalu kehidupan keluarga ini memang sungguh memilukan.
Sebelum Juma’asi menderita sakit, suaminya sudah menderita kelumpuhan. Suaminya berjalan menggunakan tongkat dan seringkali terjatuh. Pasangan ini dikaruniai delapan orang anak. Enam anak sudah berkeluarga, tinggal dua anak lelaki dan seorang anak perempuannya yang baru saja bercerai dengan suaminya. Namun mereka juga tidak punya pekerjaan tetap, hanya ketika musim kemarau mereka bekerja menggarap lahan garam milik orang lain. Sementara ketika musim penghujan mereka tidak bekerja. Praktis beban hidup keluarga ini sangat berat, untuk makan saja mereka mengandalkan dan menunggu pemberian anak-anak mereka yang sudah berkeluarga. Sementara anak-anak mereka yang berkeluarga juga bekerja seadanya hanya cukup untuk makan saja.
“Sejujurnya, untuk makan saja kami merasa malu pada menantu kami” ujar Bahrabi sambil matanya berkaca-kaca, “Sekarang ini nasib istri saya sudah sepenuhnya saya serahkan kepada Tuhan,Sirin Allah Tulung Allah (semua dipasrahkan kepada Allah)
Bahrabi juga mengungkapkan bahwa selama istrinya sakit sebetulnya membutuhkan minimal 4 popok dalam sehari. Harga satu popok Rp.3.000 yang berarti dalam sehari minimal butuh Rp.12.000, namun kerena tak memiliki apapun hal itu hanya dilakukan selama beberapa hari sejak istrinya tak bisa beranjak dari tempat tidur. Saat ini keluarga mengganti popok Juma’asi dengan kain bekas. Dan ini menyebabkan kamar tempat ia berbaring dipenuhi dengan aroma yang kurang sedap.
13967759501609342836
Disisi lain yang tak kalah mengenaskan adalah nasib Bahrabi, Suami Juma’asi ini tidak berani makan dan minum sesuka hati, dia harus rela menahan lapar dan haus, karena takut jika banyak makan dan minum dia akan sering ke kamar kecil. Dan sekedar tambahan informasi keluarga ini tidak memiliki WC dirumahnya. Sehingga untuk buang air besar Bahrabi harus berjalan sejauh + 100 meter dari rumahnya untuk mencapai WC sungai sambil berjalan menggunakan tongkat dan sesekali terjatuh.
Bahrabi dan istrinya tetap berharap semoga Tuhan memberi keajaiban dan orang atau pihak yang peduli akan nasib mereka.Sungguh memilukan dan menyayat hati nasib keluarga ini, kemana lagi mereka mengadu.
Kisah sedih Juma’asi mungkin hanya satu dari beberapa kisah di negeri ini. Negeri ini konon kaya dengan sumberdaya alam, tapi mengapa rakyatnya sengsara, dimana pemimpin mereka..??? dimana wakil mereka..??? . Negeri ini memang besar, negeri ini memang kaya, namun negeri dan pemimpin negeri ini juga sedang sakit.

Cara Cek Nomor HP Sendiri


Apa jadinya jika kita pingin isi pulsa atau ada temen kita yang tanya nomor kita tapi kita sendiri lupa. Jangan bersedih dulu, sebetulnya masih ada cara mengetahui nomor kita. Berikut cara mengetahui nomor sendiri beberapa Operator di Indonesia.

1. TELKOMSEL (Simpati dan Kartu As)
Cek Nomor tekan *808# lalu Call
Cek Pulsa tekan *888# lalu Call

2. XL (Axiata)
Cek Nomor tekan *123*7*3*1*1#


3. INDOSAT (Mentari dan IM3)
Cek Nomor tekan *777*8#
Cek Pulsa dan Masa Aktif tekan *555#

4. AXIS
Cek Nomor tekan *2#
Informasi Pulsa tekan *888#

5. TRI
Cek Nomor tekan *998#
Cek Pulsa tekan *123*8#

6. SMART
Cek Nomor tekan *551#

7. FREN
Cek Nomor ketik : STATUS lalu kirim ke 551


Sekian semoga bermanfaat,
salam dari ujung timur pulau Madura

Persyaratan dan Prosedur Perpanjangan SIM



Kesempatan kali ini saya coba berbagi pengalaman dalam hal Perpanjangan SIM. Karena saya warga Sumenep mungkin ini bisa membantu bagi anda yang berdomisili di Sumenep. Namun barangkali di tempat lain juga sama atau ada kemiripan. Untuk memudahkan anda saya akan mencoba menjelaskan sedetail mungkin. Sebetulnya prosesnya tidak terlalu sulit, jadi gak perlu pake Perantara alias Calo dech..
Berikut beberapa persyaratan yang harus anda siapkan dalam perpanjangan SIM

Persyaratan :
  1.  SIM Asli
  2.  KTP asli dan Fotocopynya sebanyak 3 lembar
  3.  Map warna biru
  4. Pulpen
  5. Baju Kerah ( jangan pakai kaos atau baju yang tidak ada kerahnya yach..)
  6. Snack atau makanan ringan ( kalau yang ini tidak wajib, hanya persiapan saja mengingat proses yang berjam-jam,, hehehe... )

Sekarang kita ke langkah selanjutnya yaitu proses perpanjangan SIM. Jika anda tidak tahu lokasi loket atau ruangan jangan malu untuk bertanya ke petugas atau sesama masyarakat yang ada disitu.
Urut-urutan ruangannya adalah sebagai berikut :
1. Datang ke lokasi Pembuatan dan Perpanjangan SIM,
Kalau di Sumenep tempatnya di “UNIT YAN SIM” Polres Sumenep. Jangan lupa membawa persyaratan yang sudah dimasukkan dalam Map berwarna biru. Jika anda membawa kendaraan segera menuju ke tempat parkir dan jangan lupa bayar uang parkir, gak mahal, Cuma seribu doank,,he..he..he...

2.  Ruang Kesehatan untuk mendapatkan Surat Keterangan Dokter.
Serahkan berkas anda ke petugas di raung kesehatan dan duduk manis diluar ruangan sambil menunggu nama kita dipanggil. Ingat jangan coba-coba minta Surat Keterangan Dokter di luar, karena jika anda membuat Surat Keterangan di Puskesmas atau Klinik maka di ruangan ini tetap akan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 15.000. Jadi eman-eman soalnya saya sendiri mengalaminya, sudah membuat Surat Keterangan dari Dokter Puskesmas dan bayar 10.000,- sesampainya di Ruang Kesehatan tetap membayar Rp. 15.000 dengan alasan disana sudah ada Dokter khusus untuk kelengkapan SIM .

3.  Ruang Sidik Jari
Serahkan berkas ke petugas, di ruangan ini kita akan mengisi formulir dan sekaligus sidik jari. Isilah kolom formulir yang disediakan oleh petugas, jika kurang faham jangan takut untuk bertanya.

4. Ruang Foto
Serahkan berkas ke petugas, di ruangan ini anda akan difoto dari 3 sisi. yaitu depan, samping kanan dan samping kiri. Disini anda dikenakan uang sebesar Rp. 15.000

5.  Ruang Sidik Jari
Serahkan berkas ke petugas, dan ikuti proses selanjutnya

6.  Loket I (Pendaftaran)
Sebelum Map berisi berkas anda serahkan terlebih dahulu tulis Nama, Tempat dan Tanggal Lahir anda di Luar Map. Lalu serahkan Map ke petugas Loket. Disini anda akan ditanya : “Baru atau Perpanjangan..???”, anda jawab : “Perpanjangan”. Setelah itu duduk manis dulu di ruang tunggu. Proses ini butuh waktu lama mengingat banyaknya pendaftar. Dan yang akan memanggil nama anda bukan petugas Loket I, melainkan petugas di Ruang Teori, jadi arahkan pandangan dan pendengaran anda ke Ruang Teori. Buka dulu snack dan minuman anda,  hehehe..

7.   Ruang Teori
Di ruangan ini anda kembali akan diberi formulir, yaitu Formulir Permohonan SIM. Jangan khawatir karena petugas di ruangan ini akan memandu anda dalam pengisian formulir. Jika kurang jelas jangan takut bertanya, karena petugasnya juga ramah. Setelah selesai petugas akan mengecek formulir anda dan akan meminta anda untuk segera ke Loket Bank untuk pembayaran.

8.   Loket Bank
Di loket ini anda harus membayar biaya perpanjangan SIM sebesar Rp. 75.000,-

9.   Loket I (Pendaftaran)
Selanjutnya serahkan kembali berkas anda ke Loket I (Pendaftaran). Duduk kembali di ruang tunggu sambil menunggu nama anda di panggil oleh Loket IV yang ada di sebelah Loket I

10.  Loket IV
Setelah nama anda dipanggil segera masuk ke ruangan, di tempat ini proses akhir akan dilakukan oleh petugas. Anda akan diminta untuk cap jempol tangan kanan dan kiri serta tanda tangan. Disini juga akan dilakukan pemotretan terakhir .
Setelah itu keluar loket dan tunggu dengan sabar. Jika tidak ada kendala proses akhir ini sekitar + 10 menit. Dan yang paling akhir anda akan dipanggil untuk menerima SIM

Agar lebih lengkap berikut saya tuliskan rincian biaya yang harus kita keluarkan dalam perpanjangan SIM ini, yaitu :
Fotocopy KTP 3 lembar     :        450
Map biasa warna biru          :     1.000
Biaya Parkir                          :     1.000
Surat Keterangan Dokter   :   15.000
Biaya Foto                            :   15.000
Bayar ke Bank                      :   75.000
Total                           : 107.450
                                                     
Demikian apa yang bisa saya sharing disini, semoga ada manfaatnya. Dan anda yang mempunyai informasi tambahan terkait perpanjangan SIM jangan lupa komentarnya, agar  kita bisa mendapat pencerahan.
“Mator Sakalangkong” ( Terimakasih )

Muntahan Gunung Kelud Menjangkau Sumenep



Sumenep- Debu muntahan Gunung Kelud ternyata tidak hanya dirasakan oleh warga Kediri dan sekitarnya, namun juga dirasakan hingga di ujung timur pulau Madura. Hari ini Jum’at (14/02) warga Desa Pinggirpapas Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep yang keluar rumah  dan mengendarai kendaraan bermotor banyak yang kelilipan debu halus. Awalnya mereka tidak menyadari bahwa itu abu yang berasal dari Gunung Kelud, mengingat jarak Gunung Kelud dengan desa mereka ratusan kilo meter. 
“Saya kira ini hanya kelilipan biasa, namun ternyata banyak yang mengalaminya”, ungkap Syamsu (48) warga Pinggirpapas yang saat itu sedang mengendarai motor untuk menghadiri acara pernikahan di Desa tetangga Marengan Kecamatan Kalianget. Debu tersebut juga terlihat jelas di lantai halaman Mesjid Al-Muqorrobin Pinggirpapas.
Sementara di kawasan Kota Sumenep Debu vulkanik Gunung Kelud cukup mengganggu aktifitas warga, sebagian pengendara kendaraan roda dua terlihat mengenakan masker. Langit Sumenep sepintas terlihat seperti mendung tebal. Selain mengganggu pernafasan debu halus ini juga terlihat menempel pada benda-benda diluar rumah seperti kaca sejumlah mobil yang diparkir di pinggir  jalan. (Abu)

Powered by Blogger.