Beda Kulit Beda Ongkos ??!

Malam itu tepatnya malam menyambut tahun baru 2017 yaitu Sabtu, 31 Desember 2016 sekitar jam 20.30 WIB usai dari rumah saudara saya sekeluarga naik bus kecil jurusan Blitar -Malang. Ini adalah bus terakhir di Terminal Patria Blitar yang melayani jurusan Malang, atau kita harus menunda keberangkatan hingga dini hari jika lepas dari jam tersebut.

Baru beberapa menit berangkat tiba-tiba bus berhenti karena ada penumpang yang hendak naik, "Bahasa Inggris, aku gak ngerti..!", teriak  kernet di bagian pintu belakang bus. "Walah, sekolahmu opo kok gak ngerti boso inggris," jawab sang sopir. Sayapun menoleh kearah belakang, dan betul saja di pintu belakang terlihat dua orang bule yang sudah naik ke dalam bus.

Salah satu turis berjalan ke depan dan berhenti tepat disamping saya duduk, " Hotel..Lestari..Jalan.. Mer..de..ka.." kata si turis sambil terbata-bata dalam mengucapkannya. Sang sopir akhirnya mengerti jika turis ini hendak menuju hotel Lestari di Jalan Merdeka Blitar.

Bus kemudian segera melanjutkan lajunya, kernet bagian belakang  maju ke bagian depan dan berunding dengan sopir serta kernet bagian depan. " Berapa ongkosnya ?", tanya si kernet. "Bilang saja one hundred thousand (Seratus ribu) ," kata kernet bagian depan yang kelihatannya mengerti bahasa inggris. Mendengar itu saya terkejut, waduuuhhh kok mahal banget, padahal saya dari Blitar ke Malang saja diminta untuk bayar Rp. 25.000.

Setelah beberapa detik kernet bagian depan tersebut menghampiri dua orang bule dan menyampaikan ongkos yang harus dibayar," twenty thousand ( 20.000,-)", Saya tetap berfikir itu mahal,

Benar saja sang turis menolak dan hanya bersedia membayar Rp.10.000,- untuk perjalanan yang hanya ditempuh sekitar 1-2 menit saja yakni turun di jalan pertigaan yang menuju jalan Merdeka mengingat jalan tersebut bukan jalur bus.

Saya kemudian bertanya dalam hati, " Apa memang demikian sikap kita terhadap warga asing ??,". Haruskah kita terapkan harga yang berbeda hanya karena mereka berbeda kulit ??

Pantai Badur Sumenep yang Mempesona


Selain Pantai Lombang dan Pantai Slopeng Sumenep masih memiliki wisata pantai lainnya yaitu Pantai Badur. Pantai ini terletak diantara pantai Slopeng dan juga Pantai Lombang tepatnya di desa Badur Kecamatan Batuputih. Tempat ini berjarak sekitar 18 Km dari Kota Sumenep. Di Tepi pantai Badur ini anda akan disambut deburan ombak dan juga hamparan pasir yang indah. Di Pantai ini juga banyak terdapat cemara udang seperti halnya Pantai Lombang. Disini juga terdapat pertemuan air tawar dengan air laut, sehingga menjadi daya tarik tersendiri.Untuk masuk ke tempat ini jika anda membawa mobil pribadi akan langsung menuju bibir pantai dan bisa memarkir kendaraan anda disana.

Selain itu di sebelah barat pantai terdapat sebuah mushallah dan juga tempat mandi. Jadi selepas anda berenang di tepian pantai anda langsung bisa ganti baju dan mandi di tempat yang telah disediakan serta jika waktu sholat tiba anda langsung bisa melaksanakannya di mushalla Pantai Badur.

Jika anda tertarik silakan atur jadwal dan segera meluncur kesana, jika butuh penunjuk jalan silakan inbox saya di https://www.facebook.com/abu.jamiledy (promosi hehehe,..)

Salam dari Ujung Timur Madura

Sumenep Punya Bukit Kapur yang Indah

Siapa yang menyangka jika bekas galian batu kapur di wilayah kecamatan Batuputih menjadi salah satu tujuan objek wisata di kabupaten paling timur pulau Madura ini. Pahatan-pahatan pada bukit ini menjadi sebuah pemandangan yang luar biasa indah. Kesan eksotis tampak sekali terlihat dari bukit ini, jika anda kesini pasti akan dibuat berdecak kagum akan kemegahan galian batu kapur tersebut. Salah satu bagian batu dibiarkan menjulang dan menambah kesan megah diantara gugusan bukit kapur. Kemegahan bekas galian batu ini akan menghipnotis siapapun untuk segera mengabadikan gambar dan berselfi ria.


Berada di tempat ini bagi sebagian orang seakan-akan menikmati hamparan gurun di negara timur tengah, hehehe.. Sebelumnya tempat ini di manfaatkan warga sekitar untuk penambangan batuh putih yang di jadikan sebagai bahan dasar bangunan. Untuk sampai di tempat ini bisa dijangkau dengan mudah karena lokasinya hanya beberapa meter dari jalan pesisir utara sumenep. Di pinggir jalan sudah ada tempat parkir kendaraan yang disediakan oleh pengelola dan juga beberapa warung yang menyediakan berbagai macam makanan dan minuman sebagai pelepas dahaga anda.


Jika anda penasaran silakan langsung meluncur ke tempat ini dan dijamin akan meninggalkan kesan tersendiri. Atau jika anda butuh penunjuk jalan silakan inbox saya di https://www.facebook.com/abu.jamiledy (promosi hehehe,..)

Salam dari Ujung Timur Madura

Indahnya Bukit Kolam Sumenep




Bagi anda yang suka jalan-jalan ada baiknya anda mencoba datang ke Bukit Kolam yang terletak di pesisir utara Kabupaten Sumenep tepatnya di Desa Bulla'an Kecamatan Batuputih Sumenep Madura. Dari puncak bukit ini anda dapat melihat ke berbagai penjuru dan melihat keindahan laut serta alam sekitarnya. Tidak hanya itu diatas puncak bukit ini terdapat 2 kolam buatan yang disulap sedemikian rupa sehingga menghasilkan pemandangan dan suasana yang "aduhai". Diatas bukit ini anda bisa duduk santai sambil menikmati makanan ringan yang dijual oleh warung di puncak bukit ini.


Karena terbilang masih baru akses jalan menuju tempat ini memang belum begitu bagus, jika anda menggunakan mobil atau motor anda harus melalui jalan bebatuan. Untuk mendakinya juga harus ekstra hati-hati mengingat belum ada pagar pengaman di tangga menuju bukit ini, apalagi jika membawa anak kecil.

Bagi anda yang tertarik dan butuh bantuan ke tempat indah ini saya siap membantu, silakan inbox saya di : https://www.facebook.com/abu.jamiledy (promosi hehehe,..)

Salam dari Ujung Timur Madura




Pesona Gili Labak Sumenep

Sumenep kabupaten yang terletak paling ujung timur Madura ini ternyata memang banyak memiliki objek wisata yang sangat menawan. Salah satunya adalah pulau kecil yang secara administratif masuk dalam wilayah Desa Kombang Kecamatan Talango. Yach.. inilah Gili Labak alam ciptaan Allah yang sungguh mempesona, bahkan dijuluki sebagai "Hidden Paradise". Pulau yang dahulu dikenal dengan nama Gili Tikus ini memang mempunyai daya tarik yang luar biasa.

Pulau ini dikelilingi oleh hamparan pasir putih bersih dan memiliki biota laut yang beragam, Di bibir pantai anda akan menyaksikan pemandangan yang menakjubkan, air laut yang jernih, serta parairan pinggir pantai yang tenang. disini anda akan melihat dengan jelas terumbu karang. Di Gili Labak hanya terdapat puluhan rumah dan satu masjid. Pulau ini juga kecil dengan luas sekitar 5 hektar dan dapat dikelilingi dengan berjalan kaki hanya dalam puluhan menit saja.

Untuk menuju ke Pulau Gili Labak anda dapat menempuh dengan cara menyewa kapal motor dengan jumlah penumpang puluhan orang. Perjalanan laut ini akan ditempuh sekitar 2 jam dari pelabuhan Kalianget. Tidak hanya di Kalianget saja, akan tetapi akses menuju Pulau Gili Labak juga bisa melalui Desa Kombang, Desa Tanjung, Serta Desa Pinggirpapas.

Jika anda ingin berkunjung ke pulau kecil nan indah ini jangan khawatir saya siap membantu anda, silakan inbox saya di  https://www.facebook.com/abu.jamiledy
(promosi hehehe,..)

Salam damai dari ujung timur madura




Kisah Guru di Negeriku

Selasa siang kemarin 24 November 2015 saat melewati wilayah Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep saya bersama seorang teman berteduh di teras sebuah rumah di pinggir jalan karena saat itu wilayah tersebut diguyur hujan. Beberapa menit kemudian juga ikut berteduh dua orang yang ternyata berprofesi sebagai guru. Sambil menunggu hujan reda kamipun mengobrol. Bapak guru ini berasal dari Desa Kalianget Timur yaitu sebuah desa paling ujung di daratan pulau Madura dan mengajar di SDN di sebuah desa di wilayah Kecamatan Pasongsongan yang letaknya berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan.

Saya merasa kaget mendengar cerita dua orang guru ini, ternyata mereka berdua setiap hari pulang pergi dari Kalianget ke Pasongsongan. Ini sangat luar  biasa menurut saya karena jarak yang harus ditempuh bapak-bapak guru ini sangat jauh.

“Jika Bapak setiap hari pulang berapa jam perjalanan itu Pak ?,” Tanya saya.
“Kurang lebih 1 jam 20 menit dik, dengan jarak lebih dari 50 km,” jawab Bapak Guru ini.

Wah, bisa dibayangkan setiap hari dua orang guru ini harus menempuh jarak sejauh itu. Dengan jarak 50 km saja dalam 2 hari perjalanan yang harus ditempuh oleh mereka adalah 200 km. Ini berarti lebih jauh dari jarak antara Kalianget – Surabaya yang hanya 166 km.

Guru-guru ini juga bercerita bila musim hujan tak jarang mereka sampai di rumah saat adzan maghrib. Bisa dibayangkan betapa lelahnya mereka setiap hari menempuh jarak sejauh itu.

“Ngomong-ngomong Bapak sudah berapa lama bertugas di SDN tersebut Pak ?,” Tanya saya penasaran.
“Masih baru kok Dik, baru 22 tahun,” Jawab Pak Guru sambil tersenyum.
“Haa….,” saya tersentak tak percaya.

Semoga Tuhan memberi kesehatan dan kekuatan pada guru-guru seperti mereka

Salam dari ujung timur Madura
Selasa siang kemarin 24 November 2015 saat melewati wilayah Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep saya bersama seorang teman berteduh di teras sebuah rumah di pinggir jalan karena saat itu wilayah tersebut diguyur hujan. Beberapa menit kemudian juga ikut berteduh dua orang yang ternyata berprofesi sebagai guru. Sambil menunggu hujan reda kamipun mengobrol. Bapak guru ini berasal dari Desa Kalianget Timur yaitu sebuah desa paling ujung di daratan pulau Madura dan mengajar di SDN di sebuah desa di wilayah Kecamatan Pasongsongan yang letaknya berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan. Saya merasa kaget mendengar cerita dua orang guru ini, tern

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abujamiledy/kisah-seru-di-hari-guru_5656e0f2f27e61320909bfdb
Selasa siang kemarin 24 November 2015 saat melewati wilayah Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep saya bersama seorang teman berteduh di teras sebuah rumah di pinggir jalan karena saat itu wilayah tersebut diguyur hujan. Beberapa menit kemudian juga ikut berteduh dua orang yang ternyata berprofesi sebagai guru. Sambil menunggu hujan reda kamipun mengobrol. Bapak guru ini berasal dari Desa Kalianget Timur yaitu sebuah desa paling ujung di daratan pulau Madura dan mengajar di SDN di sebuah desa di wilayah Kecamatan Pasongsongan yang letaknya berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan. Saya merasa kaget mendengar cerita dua orang guru ini, tern

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abujamiledy/kisah-seru-di-hari-guru_5656e0f2f27e61320909bfdb
Kisah Seru di Hari Guru 26 November 2015 17:37:38 Diperbarui: 26 November 2015 17:47:26 Dibaca : 5 Komentar : 0 Nilai : 0 Kisah Seru di Hari Guru Selasa siang kemarin 24 November 2015 saat melewati wilayah Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep saya bersama seorang teman berteduh di teras sebuah rumah di pinggir jalan karena saat itu wilayah tersebut diguyur hujan. Beberapa menit kemudian juga ikut berteduh dua orang yang ternyata berprofesi sebagai guru. Sambil menunggu hujan reda kamipun mengobrol. Bapak guru ini berasal dari Desa Kalianget Timur yaitu sebuah desa paling ujung di daratan pulau Madura dan mengajar di SDN di sebuah desa di wilayah Kecamatan Pasongsongan yang letaknya berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan. Saya merasa kaget mendengar cerita dua orang guru ini, ternyata mereka berdua setiap hari pulang pergi dari Kalianget ke Pasongsongan. Ini sangat luar biasa menurut saya karena jarak yang harus ditempuh bapak-bapak guru ini sangat jauh. “Jika Bapak setiap hari pulang berapa jam perjalanan itu Pak ?,” Tanya saya. “Kurang lebih 1 jam 20 menit dik, dengan jarak lebih dari 50 km,” jawab Bapak Guru ini. Wah, bisa dibayangkan setiap hari dua orang guru ini harus menempuh jarak sejauh itu. Dengan jarak 50 km saja dalam 2 hari perjalanan yang harus ditempuh oleh mereka adalah 200 km. Ini berarti lebih jauh dari jarak antara Kalianget – Surabaya yang hanya 166 km. Guru-guru ini juga bercerita bila musim hujan tak jarang mereka sampai di rumah saat adzan maghrib. Bisa dibayangkan betapa lelahnya mereka setiap hari menempuh jarak sejauh itu. “Ngomong-ngomong Bapak sudah berapa lama bertugas di SDN tersebut Pak ?,” Tanya saya penasaran. “Masih baru kok Dik, baru 22 tahun,” Jawab Pak Guru sambil tersenyum. “Haa….,” saya tersentak tak percaya. Semoga Tuhan memberi kesehatan dan kekuatan pada guru-guru seperti mereka Salam dari ujung timur Madura

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abujamiledy/kisah-seru-di-hari-guru_5656e0f2f27e61320909bfdb
Kisah Seru di Hari Guru 26 November 2015 17:37:38 Diperbarui: 26 November 2015 17:47:26 Dibaca : 5 Komentar : 0 Nilai : 0 Kisah Seru di Hari Guru Selasa siang kemarin 24 November 2015 saat melewati wilayah Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep saya bersama seorang teman berteduh di teras sebuah rumah di pinggir jalan karena saat itu wilayah tersebut diguyur hujan. Beberapa menit kemudian juga ikut berteduh dua orang yang ternyata berprofesi sebagai guru. Sambil menunggu hujan reda kamipun mengobrol. Bapak guru ini berasal dari Desa Kalianget Timur yaitu sebuah desa paling ujung di daratan pulau Madura dan mengajar di SDN di sebuah desa di wilayah Kecamatan Pasongsongan yang letaknya berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan. Saya merasa kaget mendengar cerita dua orang guru ini, ternyata mereka berdua setiap hari pulang pergi dari Kalianget ke Pasongsongan. Ini sangat luar biasa menurut saya karena jarak yang harus ditempuh bapak-bapak guru ini sangat jauh. “Jika Bapak setiap hari pulang berapa jam perjalanan itu Pak ?,” Tanya saya. “Kurang lebih 1 jam 20 menit dik, dengan jarak lebih dari 50 km,” jawab Bapak Guru ini. Wah, bisa dibayangkan setiap hari dua orang guru ini harus menempuh jarak sejauh itu. Dengan jarak 50 km saja dalam 2 hari perjalanan yang harus ditempuh oleh mereka adalah 200 km. Ini berarti lebih jauh dari jarak antara Kalianget – Surabaya yang hanya 166 km. Guru-guru ini juga bercerita bila musim hujan tak jarang mereka sampai di rumah saat adzan maghrib. Bisa dibayangkan betapa lelahnya mereka setiap hari menempuh jarak sejauh itu. “Ngomong-ngomong Bapak sudah berapa lama bertugas di SDN tersebut Pak ?,” Tanya saya penasaran. “Masih baru kok Dik, baru 22 tahun,” Jawab Pak Guru sambil tersenyum. “Haa….,” saya tersentak tak percaya. Semoga Tuhan memberi kesehatan dan kekuatan pada guru-guru seperti mereka Salam dari ujung timur Madura

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abujamiledy/kisah-seru-di-hari-guru_5656e0f2f27e61320909bfdb
Kisah Seru di Hari Guru 26 November 2015 17:37:38 Diperbarui: 26 November 2015 17:47:26 Dibaca : 5 Komentar : 0 Nilai : 0 Kisah Seru di Hari Guru Selasa siang kemarin 24 November 2015 saat melewati wilayah Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep saya bersama seorang teman berteduh di teras sebuah rumah di pinggir jalan karena saat itu wilayah tersebut diguyur hujan. Beberapa menit kemudian juga ikut berteduh dua orang yang ternyata berprofesi sebagai guru. Sambil menunggu hujan reda kamipun mengobrol. Bapak guru ini berasal dari Desa Kalianget Timur yaitu sebuah desa paling ujung di daratan pulau Madura dan mengajar di SDN di sebuah desa di wilayah Kecamatan Pasongsongan yang letaknya berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan. Saya merasa kaget mendengar cerita dua orang guru ini, ternyata mereka berdua setiap hari pulang pergi dari Kalianget ke Pasongsongan. Ini sangat luar biasa menurut saya karena jarak yang harus ditempuh bapak-bapak guru ini sangat jauh. “Jika Bapak setiap hari pulang berapa jam perjalanan itu Pak ?,” Tanya saya. “Kurang lebih 1 jam 20 menit dik, dengan jarak lebih dari 50 km,” jawab Bapak Guru ini. Wah, bisa dibayangkan setiap hari dua orang guru ini harus menempuh jarak sejauh itu. Dengan jarak 50 km saja dalam 2 hari perjalanan yang harus ditempuh oleh mereka adalah 200 km. Ini berarti lebih jauh dari jarak antara Kalianget – Surabaya yang hanya 166 km. Guru-guru ini juga bercerita bila musim hujan tak jarang mereka sampai di rumah saat adzan maghrib. Bisa dibayangkan betapa lelahnya mereka setiap hari menempuh jarak sejauh itu. “Ngomong-ngomong Bapak sudah berapa lama bertugas di SDN tersebut Pak ?,” Tanya saya penasaran. “Masih baru kok Dik, baru 22 tahun,” Jawab Pak Guru sambil tersenyum. “Haa….,” saya tersentak tak percaya. Semoga Tuhan memberi kesehatan dan kekuatan pada guru-guru seperti mereka Salam dari ujung timur Madura

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abujamiledy/kisah-seru-di-hari-guru_5656e0f2f27e61320909bfdb

Kemegahan Masjid Agung Sumenep


Masjid ini merupakan kebanggaan masyarakat Madura khususnya Kabupaten Sumenep. Terletak di jantung kota Sumenep dan masjid ini didirikan pada masa pemerintahan Panembahan Somala. Menurut cacatan sejarah arsitektur bangunan masjid sendiri, secara garis besar banyak dipengaruhi unsur kebudayaan Tiongkok, Eropa, Jawa, dan Madura, salah satunya dapat dilihat pada pintu gerbang masjid yang corak arsitekturnya bernuansa kebudayaan Tiongkok.


Bagaimana ?? anda tertarik melihatnya ?.. kami tunggu kedatangannya :)

Salam dari ujung timur Madura 

https://twitter.com/abujamiledy
https://www.facebook.com/abu.jamiledy 

Antri Botol di RSU Dr.Soetomo Surabaya

Dari dulu saya sering dengar dan penasaran ingin tahu katanya kalau mau periksa di RSU Dr.Soetomo jika ingin dapat nomor antrian agak cepat atau awal harus melalui suatu proses yang namanya "Ngantri Botol". Jika ini tidak dilakukan maka bersiap-siaplah untuk mendapat nomor antri diatas 700.
Saat mendampingi kakak operasi kebetulan sepupu istri mau periksa dan saya diminta untuk ikut antri botol.

Tanggal 6 Mei 2015 Jam 23:20 WIB saya berjalan menuju depan ruang antri dan ternyata disana sudah banyak orang berkumpul. Karena baru pertama kali saya beranikan diri bertanya pada salah seorang yang berada disitu.
"Maaf Pak, gimana cara antri botol?,".
"Oh, sampeyan daftar dulu Mas,"
Saya segera mendekati "relawan" yang mencatat.
"BPJS atau JKN ?" tanya si petugas tadi. Dan lelaki kemayu itu lalu menulis nama dan asal daerah saya.

"Siap-siap, sebentar lagi akan dimulai". Jam menunjukkan 23:40 WIB saat petugas itu mengingatkan. Tepat jam 23:45 WIB petugas itu berdiri lalu memanggil nama dan alamat satu persatu. Orang yang dipanggil segera meletakkan botol sesuai urutan panggilan. "Hei !, nama kamu siapa koq nyerobot naruh botol?!". Tegur si petugas jika ada orang yang mencoba menaruh botol tidak sesuai nama dan alamat. Ternyata malam itu saya lumayan beruntung karena dapat nomor urut botol di barisan nomor 39. Setelah menaruh botol saya meninggalkan tempat dan beristirahat.

Saat pagi mulai menjelang pasien atau keluarga pasien mulai datang untuk mengawal botol yang sudah berbaris sejak tengah malam. Sementara mereka yang baru datang berjejer di belakang botol sambil duduk memegang map berisi berkas yang dibutuhkan.
Jam 05:45 pintu dibuka dan antrianpun mulai berjalan. Botol-botol yang mengantri sejak malam hari dilemparkan ke plastik yang sudah ada di depan pintu ruangan. Untuk pasien SPM, Jamkesda dan yang sejenis jangan lupa bilang SPM di loket antrian, jika tidak kita harus mengulang lagi antrian yang memakan waktu lama.

Selalu Bersyukurlah


Pagi itu 1 Mei 2015 di luar ruangan Dahlia RSUD Dr. Soetomo seorang pasien tegap dan gagah berjalan agak terseret lalu duduk di bangku. Iseng-iseng saya tanya, "Sakit apa Pak?". Bapak bertubuh tegap itu lalu menjawab, "Ini penyempitan saluran kencing". Obrolanpun terus berlanjut si bapak tinggal di Surabaya dan bertugas di pelabuhan Perak. Dia berasal dari Ambon dan sudah 15 tahun di Surabaya. Saya agak kaget juga ternyata si bapak seorang polisi.

Pak Polisi berbagi cerita bahwa dia selama puluhan tahun jadi polisi tidak punya apa-apa. "Ah masa Pak ?" saya tidak percaya. "Benar Mas". Saya terkejut, dan yang semakin membuat saya terkejut Pak Polisi ini ke tempat tugasnya dan sehari-hari naik sepeda motor Honda Supra keluaran tahun 2000. Benar-benar Polisi yang langka.
"Kalau saya mau dengan uang yang tidak jelas kehalalannya saya sudah kaya Mas, tapi buat apa? Harta tidak akan dibawa mati. Allah menciptakan Surga dan Neraka agar kita berfikir dan bisa membedakan baik dan buruk. Buat apa kita kaya dengan uang setan dan akan menjadi racun bagi kita, kita dikasih kesehatan saja sudah anugerah yang tak terhingga. Serahkan pada yang punya dunia ini. Dunia ini luas, burung saja dikasih rezeki apalagi kita manusia. Jadi bersyukurlah atas apa yang kita miliki saat ini." Dia juga bilang siapapun dan dimanapun kita jangar pernah berhenti untuk berbuat kebaikan untuk orang lain. Luar Biasa Pak Polisi..!!!
Pagi itu saya dapat sesuatu yang berharga dari pak polisi. Nikmatilah apa yang ada, jangan hidup bermewah-mewahan jika di sekelilingnya masih ada yang kesusahan, berusahalah untuk berbagi serta selalu bersyukur. "Terimakasi Pak Polisi,".

Proses Pembuatan SPM untuk Perawatan di Rumah Sakit

Kali ini saya ingin berbagi pengalaman tentang proses pembuatan SPM (Surat Pernyataan Miskin) yang digunakan oleh warga kurang mampu di Rumah Sakit. Tentu tiap daerah berbeda, yang ingin saya bagi adalah pembuatan SPM di Kabupaten Sumenep karena kebetulan kemarin mengurus SPM untuk salah seorang kerabat .
Prosesnya adalah sebagai berikut :
  1. Siapkan 1 lembar map dan juga 1 lembar materai yang Rp.6.000,- (Untuk bayi mintalah Surat Keterangan Kelahiran dari Bidan yang menangani)
  2. Meminta kepada Kepala Desa untuk dibuatkan SPM,
  3. Tempelkan materai di SPM lalu ditanda tangani atau cap jempol oleh yang bersangkutan dalam hal ini adalah orang yang sedang sakit.
  4. Jika orang yang sakit sudah lebih dulu masuk ke Rumah sakit mintalah Surat Perawatan dari Rumah Sakit.Surat ini dibutuhkan untuk minta rujukan ke Puskesmas Kecamatan
  5. Setelah SPM ditempeli materai dan tanda tangan foto copylah 1 lembar.
  6. Bawalah SPM yang asli dan foto copynya ke kantor Kecamatan setempat untuk minta tanda tangan Camat.
  7. Setelah ditanda tangani oleh Camat SPM selanjutnya di fotocopy lagi sebanyak 2 lembar, fotocopy KTP sebanyak 2 lembar, fotocopy KK 2 lembar, dan Surat Perawatan dari Rumah Sakit bagi yang sudah lebih dulu masuk ke Rumah Sakit. Semua berkas ini diserahkan kepada petugas di Puskesmas Kecamatan untuk mendapatkan Surat Rujukan.
  8. Selanjutnya berkas yang dari Puskesmas Kecamatan dibawa ke Dinas Kesehatan bagian pelayanan SPM. Untuk wilayah Sumenep di sebelah timur Taman Bunga dan berada di bagian belakang. Di tempat ini kita butuh orang yang masuk dalam daftar KK. Jadi bagi anda yang mengurus SPM tapi tidak masuk dalam KK wajib membawa keluarga orang yang sakit yang memang satu KK. Disini kelengkapan berkas yang dibutuhkan adalah SPM asli, Bagi bayi sertakan Surat Keterangan Kelahiran, KTP asli dan fotocopynya, KK dan fotocopynya.
  9. Setelah selesai fotocopy semua berkas sesuai dengan urutannya dan di steples, banyaknya disesuaikan dengan kebutuhan misalnya masing-masing 5 lembar. Serahkan satu bendel fotocopy (yang sudah di steples) ke pihak Dinas Kesehatan bagian SPM dan sisanya digunakan untuk keperluan di rumah sakit.
Sekian apa yang bisa saya bagikan semoga bermanfaat dan yang terpenting semoga kita selalu diberi kesehatan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Salam dari ujung timur Madura

Potret Pendidikan di Pulau Terpencil



Kondisi Bangunan MI Makarimal Akhlaq


Lembaga Pendidikan Makarimal Akhlaq adalah contoh Potret Buram Pendidikan di negeri ini. Lembaga ini berdiri di sebuah pulau terpencil di Kabupaten Sumenep yaitu di Pulau Tonduk atau masyarakat mengenalnya sebagai Desa Tonduk. Pulau yang masuk dalam wilayah Kec. Raas ini dihuni penduduk sekitar 3.500 jiwa dan hanya tersisa 35 % karena 65% pergi merantau ke berbagai wilayah di Indonesia. Di pulau ini terdapat satu SD Negeri dan beberapa lembaga pendidikan swasta.
Kepala MI Makarimal Akhlaq Abdul Arief, S.Pd. menjelaskan bahwa selama ini lembaga yang dikelolanya belum pernah disentuh bantuan pembangunan gedung sekolah. Selama ini pihaknya mengandalkan sumbangan masyarakat sekitar untuk kepentingan yang berkaitan dengan bangunan fisik sekolah. Selain itu Kepala Sekolah yang pernah menimbah ilmu di Ponpes Mathali’ul Anwar Sumenep ini juga menjelaskan lembaga yang dikelolanya masih sangat membutuhkan guru. Maklum jumlah guru di lembaga ini sangat terbatas sehingga proses belajar mengajar tidak maksimal.

MI Makarimal Akhlaq dari kejauhan

“Sejujurnya kami berharap ada perhatian dari pihak terkait untuk meningkatkan kualitas pendidikan di lembaga kami, baik berupa bangunan ataupun tambahan pengajar,” ungkap Abdul Arief. Sarjana muda lulusan STKIP Sumenep ini juga mengungkapkan keinginannya untuk membangun desanya, khususnya di bidang pendidikan. Saat pertama kali masuk dalam lembaga yang di rintis oleh orang tuanya yaitu KH. Abu Zairi, Arif mengungkapkan kesedihannya. Betapa tidak dia menjumpai seorang siswa kelas V di MI Makarimal Akhlaq belum bisa membaca. Sejak saat itu Abdul Arif bertekad akan berjuang keras untuk memajukan lembaganya yang menaungi RA,MI dan Madrasah Diniyah.
Langkah awal yang dilakukan oleh Abdul Arief, S.Pd. adalah mencoba menata administrasi sekolah. Dia juga berjuang untuk meyakinkan masyarakat bahwa MI dan SD tidak ada perbedaan. Selama ini yang berkembang di kalangan masyarakat desa ini adalah bahwa lulusan SD akan lebih baik dan menjanjikan dibanding lulusan MI.
Selain kekurangan ruangan dan pengajar di lembaga ini juga tidak ada sarana permainan untuk anak khususnya siswa RA. Arief berharap kedepan ada kepedulian dari berbagai pihak untuk meningkatkan mutu pendidikan di lembaganya. Menurutnya bahkan ada anak yang lulus SD atau MI di pulau ini langsung bekerja ikut keluarganya merantau. Jika hal ini terus dibiarkan bagaimana generasi Indonesia kedepan bisa maju menghadapi persaingan global.

Mengenal Tonduk “Pulau Putri” yang Semakin Mengecil




Pulau Tonduk
Sumenep adalah Kabupaten Kepulauan di Madura dan berbeda dengan tiga kabupaten lainnya. Kabupaten ini terdiri dari ratusan pulau. Tonduk adalah salah satu pulau di Sumenep yang berada dalam wilayah Kecamatan Raas. Warga setempat lebih akrab menyebut pulau ini dengan sebutan Desa Tonduk bukan Pulau Tonduk, mengingat pulau ini juga hanya terdapat satu desa yaitu Desa Tonduk. Menurut sesepuh Desa Tonduk KH. Abu Zairi Nama Tonduk sendiri berasal dari kata Tunduk atau Patuh. Untuk sampai di pulau ini dibutuhkan waktu 30 menit dari pelabuhan di Pulau Raas dengan menggunakan perahu kecil . Dari kejauhan pulau ini tampak indah dengan dikelilingi oleh pasir putih dan lambaian beberapa pohon kelapa. Luasnyapun tidak seberapa. Menurut warga setempat mungkin sekitar 7 x 2 km. Tanah di pulau ini gersang sehingga penduduk pulau ini hanya bercocok tanam dimusim hujan.


Suasana  pantai DesaTonduk
Warga juga sering menyebut nama pulau ini dengan sebutan “Pulau Putri”. Menurut warga sebutan itu disematkan karena penduduk desa ini memang penghuninya lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki. Sedangkan yang tersisa paling banyak ibu-ibu dan anak-anak.  Jumlah penduduk pulau ini sekitar 3.500 jiwa dan hampir 65 % penduduk pulau ini merantau. Tujuan mereka merata di berbagai wilayah Indonesia dari ujung timur ke ujung barat misalnya Papua, Maluku, Jawa hingga Aceh. Yang paling banyak mereka bekerja sebagai pencari teripang atau timun laut yang konon harganya bisa mencapai 1 juta/kg. Untuk mendapatkan teripang ini nelayan harus menyelam puluhan meter kedalam dasar laut. Selebihnya penduduk desa ini bekerja sebagai pedagang dan berbagai profesi lainnya juga di perantauan. Mereka biasanya kumpul bersama keluarga pada saat moment Ramadhan dan Idul Fitri. Di desa Tonduk ini terlihat berdiri rumah-rumah megah, namun sayang rumah-rumah ini banyak yang tidak dihuni dan hanya sebagai tempat singgah disaat para perantau pulang kampung.


Anak-anak Desa Tonduk

Warga Desa Tonduk juga mempercayai bahwa desa mereka adalah desa yang damai. Terbukti bahwa hingga saat ini belum ada pertikaian yang sampai menumpahkan darah antar sesama penghuni pulau. Bahkan sampai orang yang dikenal sebagai bajinganpun ketika menginjakkan kaki di pulau ini akan kehilangan sifat brutalnya.
Untuk penerangan di malam hari warga mengandalkan mesin genset dan tenaga surya. Sementara untuk berkomunikasi melalui handphone sangat sulit di pulau ini. Maklum saja di pulau ini belum ada tower komunikasi yang berdiri sehingga mereka mengandalkan sinyal yang berasal dari Pulau Raas. Untuk memperkuat sinyal sebagian warga menggunakan antena untuk didekatkan dengan hanphone yang mereka gunakan dan itupun tidak maksimal karena sering terputus saat berkomunikasi. Cara meletakkan handphone pun cukup unik yaitu ditempat yang tinggi misalnya diatas lemari atau diatas pintu rumah.
Menurut tokoh masyarakat setempat KH.Abu Hasan yang juga sebagai pengelola lembaga pendidikan dulunya pulau ini lumayan luas, namun karena sering mengalami abrasi sehingga daratan pulau ini terus mengalami penyusutan. Warga pulau ini berharap ada perhatian serius dari pihak terkait sehingga keberadaan pulau ini tetap bisa dipertahankan.

Persyaratan dan Prosedur Perpanjangan SIM



Kesempatan kali ini saya coba berbagi pengalaman dalam hal Perpanjangan SIM. Karena saya warga Sumenep mungkin ini bisa membantu bagi anda yang berdomisili di Sumenep. Namun barangkali di tempat lain juga sama atau ada kemiripan. Untuk memudahkan anda saya akan mencoba menjelaskan sedetail mungkin. Sebetulnya prosesnya tidak terlalu sulit, jadi gak perlu pake Perantara alias Calo dech..
Berikut beberapa persyaratan yang harus anda siapkan dalam perpanjangan SIM

Persyaratan :
  1.  SIM Asli
  2.  KTP asli dan Fotocopynya sebanyak 3 lembar
  3.  Map warna biru
  4. Pulpen
  5. Baju Kerah ( jangan pakai kaos atau baju yang tidak ada kerahnya yach..)
  6. Snack atau makanan ringan ( kalau yang ini tidak wajib, hanya persiapan saja mengingat proses yang berjam-jam,, hehehe... )

Sekarang kita ke langkah selanjutnya yaitu proses perpanjangan SIM. Jika anda tidak tahu lokasi loket atau ruangan jangan malu untuk bertanya ke petugas atau sesama masyarakat yang ada disitu.
Urut-urutan ruangannya adalah sebagai berikut :
1. Datang ke lokasi Pembuatan dan Perpanjangan SIM,
Kalau di Sumenep tempatnya di “UNIT YAN SIM” Polres Sumenep. Jangan lupa membawa persyaratan yang sudah dimasukkan dalam Map berwarna biru. Jika anda membawa kendaraan segera menuju ke tempat parkir dan jangan lupa bayar uang parkir, gak mahal, Cuma seribu doank,,he..he..he...

2.  Ruang Kesehatan untuk mendapatkan Surat Keterangan Dokter.
Serahkan berkas anda ke petugas di raung kesehatan dan duduk manis diluar ruangan sambil menunggu nama kita dipanggil. Ingat jangan coba-coba minta Surat Keterangan Dokter di luar, karena jika anda membuat Surat Keterangan di Puskesmas atau Klinik maka di ruangan ini tetap akan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 15.000. Jadi eman-eman soalnya saya sendiri mengalaminya, sudah membuat Surat Keterangan dari Dokter Puskesmas dan bayar 10.000,- sesampainya di Ruang Kesehatan tetap membayar Rp. 15.000 dengan alasan disana sudah ada Dokter khusus untuk kelengkapan SIM .

3.  Ruang Sidik Jari
Serahkan berkas ke petugas, di ruangan ini kita akan mengisi formulir dan sekaligus sidik jari. Isilah kolom formulir yang disediakan oleh petugas, jika kurang faham jangan takut untuk bertanya.

4. Ruang Foto
Serahkan berkas ke petugas, di ruangan ini anda akan difoto dari 3 sisi. yaitu depan, samping kanan dan samping kiri. Disini anda dikenakan uang sebesar Rp. 15.000

5.  Ruang Sidik Jari
Serahkan berkas ke petugas, dan ikuti proses selanjutnya

6.  Loket I (Pendaftaran)
Sebelum Map berisi berkas anda serahkan terlebih dahulu tulis Nama, Tempat dan Tanggal Lahir anda di Luar Map. Lalu serahkan Map ke petugas Loket. Disini anda akan ditanya : “Baru atau Perpanjangan..???”, anda jawab : “Perpanjangan”. Setelah itu duduk manis dulu di ruang tunggu. Proses ini butuh waktu lama mengingat banyaknya pendaftar. Dan yang akan memanggil nama anda bukan petugas Loket I, melainkan petugas di Ruang Teori, jadi arahkan pandangan dan pendengaran anda ke Ruang Teori. Buka dulu snack dan minuman anda,  hehehe..

7.   Ruang Teori
Di ruangan ini anda kembali akan diberi formulir, yaitu Formulir Permohonan SIM. Jangan khawatir karena petugas di ruangan ini akan memandu anda dalam pengisian formulir. Jika kurang jelas jangan takut bertanya, karena petugasnya juga ramah. Setelah selesai petugas akan mengecek formulir anda dan akan meminta anda untuk segera ke Loket Bank untuk pembayaran.

8.   Loket Bank
Di loket ini anda harus membayar biaya perpanjangan SIM sebesar Rp. 75.000,-

9.   Loket I (Pendaftaran)
Selanjutnya serahkan kembali berkas anda ke Loket I (Pendaftaran). Duduk kembali di ruang tunggu sambil menunggu nama anda di panggil oleh Loket IV yang ada di sebelah Loket I

10.  Loket IV
Setelah nama anda dipanggil segera masuk ke ruangan, di tempat ini proses akhir akan dilakukan oleh petugas. Anda akan diminta untuk cap jempol tangan kanan dan kiri serta tanda tangan. Disini juga akan dilakukan pemotretan terakhir .
Setelah itu keluar loket dan tunggu dengan sabar. Jika tidak ada kendala proses akhir ini sekitar + 10 menit. Dan yang paling akhir anda akan dipanggil untuk menerima SIM

Agar lebih lengkap berikut saya tuliskan rincian biaya yang harus kita keluarkan dalam perpanjangan SIM ini, yaitu :
Fotocopy KTP 3 lembar     :        450
Map biasa warna biru          :     1.000
Biaya Parkir                          :     1.000
Surat Keterangan Dokter   :   15.000
Biaya Foto                            :   15.000
Bayar ke Bank                      :   75.000
Total                           : 107.450
                                                     
Demikian apa yang bisa saya sharing disini, semoga ada manfaatnya. Dan anda yang mempunyai informasi tambahan terkait perpanjangan SIM jangan lupa komentarnya, agar  kita bisa mendapat pencerahan.
“Mator Sakalangkong” ( Terimakasih )

Powered by Blogger.