Malam itu tepatnya malam menyambut tahun baru 2017 yaitu Sabtu, 31 Desember 2016 sekitar jam 20.30 WIB usai dari rumah saudara saya sekeluarga naik bus kecil jurusan Blitar -Malang. Ini adalah bus terakhir di Terminal Patria Blitar yang melayani jurusan Malang, atau kita harus menunda keberangkatan hingga dini hari jika lepas dari jam tersebut.
Baru beberapa menit berangkat tiba-tiba bus berhenti karena ada penumpang yang hendak naik, "Bahasa Inggris, aku gak ngerti..!", teriak kernet di bagian pintu belakang bus. "Walah, sekolahmu opo kok gak ngerti boso inggris," jawab sang sopir. Sayapun menoleh kearah belakang, dan betul saja di pintu belakang terlihat dua orang bule yang sudah naik ke dalam bus.
Salah satu turis berjalan ke depan dan berhenti tepat disamping saya duduk, " Hotel..Lestari..Jalan.. Mer..de..ka.." kata si turis sambil terbata-bata dalam mengucapkannya. Sang sopir akhirnya mengerti jika turis ini hendak menuju hotel Lestari di Jalan Merdeka Blitar.
Bus kemudian segera melanjutkan lajunya, kernet bagian belakang maju ke bagian depan dan berunding dengan sopir serta kernet bagian depan. " Berapa ongkosnya ?", tanya si kernet. "Bilang saja one hundred thousand (Seratus ribu) ," kata kernet bagian depan yang kelihatannya mengerti bahasa inggris. Mendengar itu saya terkejut, waduuuhhh kok mahal banget, padahal saya dari Blitar ke Malang saja diminta untuk bayar Rp. 25.000.
Setelah beberapa detik kernet bagian depan tersebut menghampiri dua orang bule dan menyampaikan ongkos yang harus dibayar," twenty thousand ( 20.000,-)", Saya tetap berfikir itu mahal,
Benar saja sang turis menolak dan hanya bersedia membayar Rp.10.000,- untuk perjalanan yang hanya ditempuh sekitar 1-2 menit saja yakni turun di jalan pertigaan yang menuju jalan Merdeka mengingat jalan tersebut bukan jalur bus.
Saya kemudian bertanya dalam hati, " Apa memang demikian sikap kita terhadap warga asing ??,". Haruskah kita terapkan harga yang berbeda hanya karena mereka berbeda kulit ??
Beda Kulit Beda Ongkos ??!
Pantai Badur Sumenep yang Mempesona
Selain itu di sebelah barat pantai terdapat sebuah mushallah dan juga tempat mandi. Jadi selepas anda berenang di tepian pantai anda langsung bisa ganti baju dan mandi di tempat yang telah disediakan serta jika waktu sholat tiba anda langsung bisa melaksanakannya di mushalla Pantai Badur.
Jika anda tertarik silakan atur jadwal dan segera meluncur kesana, jika butuh penunjuk jalan silakan inbox saya di https://www.facebook.com/abu.jamiledy (promosi hehehe,..)
Salam dari Ujung Timur Madura
Sumenep Punya Bukit Kapur yang Indah
Siapa yang menyangka jika bekas galian batu kapur di wilayah kecamatan Batuputih menjadi salah satu tujuan objek wisata di kabupaten paling timur pulau Madura ini. Pahatan-pahatan pada bukit ini menjadi sebuah pemandangan yang luar biasa indah. Kesan eksotis tampak sekali terlihat dari bukit ini, jika anda kesini pasti akan dibuat berdecak kagum akan kemegahan galian batu kapur
tersebut. Salah satu bagian batu dibiarkan menjulang dan menambah kesan megah diantara gugusan bukit kapur. Kemegahan bekas galian batu ini akan
menghipnotis siapapun untuk segera mengabadikan gambar dan berselfi ria.
Berada di tempat ini bagi sebagian orang seakan-akan menikmati hamparan gurun di negara timur tengah, hehehe.. Sebelumnya tempat ini di manfaatkan warga sekitar untuk penambangan batuh putih yang di jadikan sebagai bahan dasar bangunan. Untuk sampai di tempat ini bisa dijangkau dengan mudah karena lokasinya hanya beberapa meter dari jalan pesisir utara sumenep. Di pinggir jalan sudah ada tempat parkir kendaraan yang disediakan oleh pengelola dan juga beberapa warung yang menyediakan berbagai macam makanan dan minuman sebagai pelepas dahaga anda.
Jika anda penasaran silakan langsung meluncur ke tempat ini dan dijamin akan meninggalkan kesan tersendiri. Atau jika anda butuh penunjuk jalan silakan inbox saya di https://www.facebook.com/abu.jamiledy (promosi hehehe,..)
Salam dari Ujung Timur Madura
Berada di tempat ini bagi sebagian orang seakan-akan menikmati hamparan gurun di negara timur tengah, hehehe.. Sebelumnya tempat ini di manfaatkan warga sekitar untuk penambangan batuh putih yang di jadikan sebagai bahan dasar bangunan. Untuk sampai di tempat ini bisa dijangkau dengan mudah karena lokasinya hanya beberapa meter dari jalan pesisir utara sumenep. Di pinggir jalan sudah ada tempat parkir kendaraan yang disediakan oleh pengelola dan juga beberapa warung yang menyediakan berbagai macam makanan dan minuman sebagai pelepas dahaga anda.
Jika anda penasaran silakan langsung meluncur ke tempat ini dan dijamin akan meninggalkan kesan tersendiri. Atau jika anda butuh penunjuk jalan silakan inbox saya di https://www.facebook.com/abu.jamiledy (promosi hehehe,..)
Salam dari Ujung Timur Madura
Indahnya Bukit Kolam Sumenep
Bagi anda yang suka jalan-jalan ada baiknya anda mencoba datang ke Bukit Kolam yang terletak di pesisir utara Kabupaten Sumenep tepatnya di Desa Bulla'an Kecamatan Batuputih Sumenep Madura. Dari puncak bukit ini anda dapat melihat ke berbagai penjuru dan melihat keindahan laut serta alam sekitarnya. Tidak hanya itu diatas puncak bukit ini terdapat 2 kolam buatan yang disulap sedemikian rupa sehingga menghasilkan pemandangan dan suasana yang "aduhai". Diatas bukit ini anda bisa duduk santai sambil menikmati makanan ringan yang dijual oleh warung di puncak bukit ini.
Bagi anda yang tertarik dan butuh bantuan ke tempat indah ini saya siap membantu, silakan inbox saya di : https://www.facebook.com/abu.jamiledy (promosi hehehe,..)
Salam dari Ujung Timur Madura
Pesona Gili Labak Sumenep
Sumenep kabupaten yang terletak paling ujung timur Madura ini ternyata memang banyak memiliki objek wisata yang sangat menawan. Salah satunya adalah pulau kecil yang secara administratif masuk dalam wilayah Desa Kombang Kecamatan Talango. Yach.. inilah Gili Labak alam ciptaan Allah yang sungguh mempesona, bahkan dijuluki sebagai "Hidden Paradise". Pulau yang dahulu dikenal dengan nama Gili Tikus ini memang mempunyai daya tarik yang luar biasa.
Pulau ini dikelilingi oleh hamparan pasir putih bersih dan memiliki biota laut yang beragam, Di bibir pantai anda akan menyaksikan pemandangan yang menakjubkan, air laut yang jernih, serta parairan pinggir pantai yang tenang. disini anda akan melihat dengan jelas terumbu karang. Di Gili Labak hanya terdapat puluhan rumah dan satu masjid. Pulau ini juga kecil dengan luas sekitar 5 hektar dan dapat dikelilingi dengan berjalan kaki hanya dalam puluhan menit saja.
Untuk menuju ke Pulau Gili Labak anda dapat menempuh dengan cara menyewa kapal motor dengan jumlah penumpang puluhan orang. Perjalanan laut ini akan ditempuh sekitar 2 jam dari pelabuhan Kalianget. Tidak hanya di Kalianget saja, akan tetapi akses menuju Pulau Gili Labak juga bisa melalui Desa Kombang, Desa Tanjung, Serta Desa Pinggirpapas.
Jika anda ingin berkunjung ke pulau kecil nan indah ini jangan khawatir saya siap membantu anda, silakan inbox saya di https://www.facebook.com/abu.jamiledy
(promosi hehehe,..)
Salam damai dari ujung timur madura
Pulau ini dikelilingi oleh hamparan pasir putih bersih dan memiliki biota laut yang beragam, Di bibir pantai anda akan menyaksikan pemandangan yang menakjubkan, air laut yang jernih, serta parairan pinggir pantai yang tenang. disini anda akan melihat dengan jelas terumbu karang. Di Gili Labak hanya terdapat puluhan rumah dan satu masjid. Pulau ini juga kecil dengan luas sekitar 5 hektar dan dapat dikelilingi dengan berjalan kaki hanya dalam puluhan menit saja.
Untuk menuju ke Pulau Gili Labak anda dapat menempuh dengan cara menyewa kapal motor dengan jumlah penumpang puluhan orang. Perjalanan laut ini akan ditempuh sekitar 2 jam dari pelabuhan Kalianget. Tidak hanya di Kalianget saja, akan tetapi akses menuju Pulau Gili Labak juga bisa melalui Desa Kombang, Desa Tanjung, Serta Desa Pinggirpapas.
Jika anda ingin berkunjung ke pulau kecil nan indah ini jangan khawatir saya siap membantu anda, silakan inbox saya di https://www.facebook.com/abu.jamiledy
(promosi hehehe,..)
Salam damai dari ujung timur madura
Kisah Guru di Negeriku
Selasa siang kemarin 24 November 2015 saat melewati wilayah Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep saya bersama seorang teman berteduh di teras sebuah rumah di pinggir jalan karena saat itu wilayah tersebut diguyur hujan. Beberapa menit kemudian juga ikut berteduh dua orang yang ternyata berprofesi sebagai guru. Sambil menunggu hujan reda kamipun mengobrol. Bapak guru ini berasal dari Desa Kalianget Timur yaitu sebuah desa paling ujung di daratan pulau Madura dan mengajar di SDN di sebuah desa di wilayah Kecamatan Pasongsongan yang letaknya berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan.
Saya merasa kaget mendengar cerita dua orang guru ini, ternyata mereka berdua setiap hari pulang pergi dari Kalianget ke Pasongsongan. Ini sangat luar biasa menurut saya karena jarak yang harus ditempuh bapak-bapak guru ini sangat jauh.
“Jika Bapak setiap hari pulang berapa jam perjalanan itu Pak ?,” Tanya saya.
“Kurang lebih 1 jam 20 menit dik, dengan jarak lebih dari 50 km,” jawab Bapak Guru ini.
Wah, bisa dibayangkan setiap hari dua orang guru ini harus menempuh jarak sejauh itu. Dengan jarak 50 km saja dalam 2 hari perjalanan yang harus ditempuh oleh mereka adalah 200 km. Ini berarti lebih jauh dari jarak antara Kalianget – Surabaya yang hanya 166 km.
Guru-guru ini juga bercerita bila musim hujan tak jarang mereka sampai di rumah saat adzan maghrib. Bisa dibayangkan betapa lelahnya mereka setiap hari menempuh jarak sejauh itu.
“Ngomong-ngomong Bapak sudah berapa lama bertugas di SDN tersebut Pak ?,” Tanya saya penasaran.
“Masih baru kok Dik, baru 22 tahun,” Jawab Pak Guru sambil tersenyum.
“Haa….,” saya tersentak tak percaya.
Semoga Tuhan memberi kesehatan dan kekuatan pada guru-guru seperti mereka
Salam dari ujung timur Madura
Saya merasa kaget mendengar cerita dua orang guru ini, ternyata mereka berdua setiap hari pulang pergi dari Kalianget ke Pasongsongan. Ini sangat luar biasa menurut saya karena jarak yang harus ditempuh bapak-bapak guru ini sangat jauh.
“Jika Bapak setiap hari pulang berapa jam perjalanan itu Pak ?,” Tanya saya.
“Kurang lebih 1 jam 20 menit dik, dengan jarak lebih dari 50 km,” jawab Bapak Guru ini.
Wah, bisa dibayangkan setiap hari dua orang guru ini harus menempuh jarak sejauh itu. Dengan jarak 50 km saja dalam 2 hari perjalanan yang harus ditempuh oleh mereka adalah 200 km. Ini berarti lebih jauh dari jarak antara Kalianget – Surabaya yang hanya 166 km.
Guru-guru ini juga bercerita bila musim hujan tak jarang mereka sampai di rumah saat adzan maghrib. Bisa dibayangkan betapa lelahnya mereka setiap hari menempuh jarak sejauh itu.
“Ngomong-ngomong Bapak sudah berapa lama bertugas di SDN tersebut Pak ?,” Tanya saya penasaran.
“Masih baru kok Dik, baru 22 tahun,” Jawab Pak Guru sambil tersenyum.
“Haa….,” saya tersentak tak percaya.
Semoga Tuhan memberi kesehatan dan kekuatan pada guru-guru seperti mereka
Salam dari ujung timur Madura
Selasa siang kemarin 24
November 2015 saat melewati wilayah Kecamatan Ambunten Kabupaten
Sumenep saya bersama seorang teman berteduh di teras sebuah rumah di
pinggir jalan karena saat itu wilayah tersebut diguyur hujan. Beberapa
menit kemudian juga ikut berteduh dua orang yang ternyata berprofesi
sebagai guru. Sambil menunggu hujan reda kamipun mengobrol. Bapak guru
ini berasal dari Desa Kalianget Timur yaitu sebuah desa paling ujung di
daratan pulau Madura dan mengajar di SDN di sebuah desa di wilayah
Kecamatan Pasongsongan yang letaknya berbatasan dengan Kabupaten
Pamekasan.
Saya merasa kaget mendengar cerita dua orang guru ini, tern
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abujamiledy/kisah-seru-di-hari-guru_5656e0f2f27e61320909bfdb
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abujamiledy/kisah-seru-di-hari-guru_5656e0f2f27e61320909bfdb
Selasa siang kemarin 24
November 2015 saat melewati wilayah Kecamatan Ambunten Kabupaten
Sumenep saya bersama seorang teman berteduh di teras sebuah rumah di
pinggir jalan karena saat itu wilayah tersebut diguyur hujan. Beberapa
menit kemudian juga ikut berteduh dua orang yang ternyata berprofesi
sebagai guru. Sambil menunggu hujan reda kamipun mengobrol. Bapak guru
ini berasal dari Desa Kalianget Timur yaitu sebuah desa paling ujung di
daratan pulau Madura dan mengajar di SDN di sebuah desa di wilayah
Kecamatan Pasongsongan yang letaknya berbatasan dengan Kabupaten
Pamekasan.
Saya merasa kaget mendengar cerita dua orang guru ini, tern
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abujamiledy/kisah-seru-di-hari-guru_5656e0f2f27e61320909bfdb
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abujamiledy/kisah-seru-di-hari-guru_5656e0f2f27e61320909bfdb
Kisah Seru di Hari Guru
26 November 2015 17:37:38 Diperbarui: 26 November 2015 17:47:26 Dibaca :
5 Komentar : 0 Nilai : 0
Kisah Seru di Hari Guru
Selasa siang kemarin 24 November 2015 saat melewati wilayah Kecamatan
Ambunten Kabupaten Sumenep saya bersama seorang teman berteduh di teras
sebuah rumah di pinggir jalan karena saat itu wilayah tersebut diguyur
hujan. Beberapa menit kemudian juga ikut berteduh dua orang yang
ternyata berprofesi sebagai guru. Sambil menunggu hujan reda kamipun
mengobrol. Bapak guru ini berasal dari Desa Kalianget Timur yaitu sebuah
desa paling ujung di daratan pulau Madura dan mengajar di SDN di sebuah
desa di wilayah Kecamatan Pasongsongan yang letaknya berbatasan dengan
Kabupaten Pamekasan.
Saya merasa kaget mendengar cerita dua orang guru ini, ternyata mereka
berdua setiap hari pulang pergi dari Kalianget ke Pasongsongan. Ini
sangat luar biasa menurut saya karena jarak yang harus ditempuh
bapak-bapak guru ini sangat jauh.
“Jika Bapak setiap hari pulang berapa jam perjalanan itu Pak ?,” Tanya
saya.
“Kurang lebih 1 jam 20 menit dik, dengan jarak lebih dari 50 km,” jawab
Bapak Guru ini.
Wah, bisa dibayangkan setiap hari dua orang guru ini harus menempuh
jarak sejauh itu. Dengan jarak 50 km saja dalam 2 hari perjalanan yang
harus ditempuh oleh mereka adalah 200 km. Ini berarti lebih jauh dari
jarak antara Kalianget – Surabaya yang hanya 166 km.
Guru-guru ini juga bercerita bila musim hujan tak jarang mereka sampai
di rumah saat adzan maghrib. Bisa dibayangkan betapa lelahnya mereka
setiap hari menempuh jarak sejauh itu.
“Ngomong-ngomong Bapak sudah berapa lama bertugas di SDN tersebut Pak
?,” Tanya saya penasaran.
“Masih baru kok Dik, baru 22 tahun,” Jawab Pak Guru sambil tersenyum.
“Haa….,” saya tersentak tak percaya.
Semoga Tuhan memberi kesehatan dan kekuatan pada guru-guru seperti
mereka
Salam dari ujung timur Madura
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abujamiledy/kisah-seru-di-hari-guru_5656e0f2f27e61320909bfdb
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abujamiledy/kisah-seru-di-hari-guru_5656e0f2f27e61320909bfdb
Kisah Seru di Hari Guru
26 November 2015 17:37:38 Diperbarui: 26 November 2015 17:47:26 Dibaca :
5 Komentar : 0 Nilai : 0
Kisah Seru di Hari Guru
Selasa siang kemarin 24 November 2015 saat melewati wilayah Kecamatan
Ambunten Kabupaten Sumenep saya bersama seorang teman berteduh di teras
sebuah rumah di pinggir jalan karena saat itu wilayah tersebut diguyur
hujan. Beberapa menit kemudian juga ikut berteduh dua orang yang
ternyata berprofesi sebagai guru. Sambil menunggu hujan reda kamipun
mengobrol. Bapak guru ini berasal dari Desa Kalianget Timur yaitu sebuah
desa paling ujung di daratan pulau Madura dan mengajar di SDN di sebuah
desa di wilayah Kecamatan Pasongsongan yang letaknya berbatasan dengan
Kabupaten Pamekasan.
Saya merasa kaget mendengar cerita dua orang guru ini, ternyata mereka
berdua setiap hari pulang pergi dari Kalianget ke Pasongsongan. Ini
sangat luar biasa menurut saya karena jarak yang harus ditempuh
bapak-bapak guru ini sangat jauh.
“Jika Bapak setiap hari pulang berapa jam perjalanan itu Pak ?,” Tanya
saya.
“Kurang lebih 1 jam 20 menit dik, dengan jarak lebih dari 50 km,” jawab
Bapak Guru ini.
Wah, bisa dibayangkan setiap hari dua orang guru ini harus menempuh
jarak sejauh itu. Dengan jarak 50 km saja dalam 2 hari perjalanan yang
harus ditempuh oleh mereka adalah 200 km. Ini berarti lebih jauh dari
jarak antara Kalianget – Surabaya yang hanya 166 km.
Guru-guru ini juga bercerita bila musim hujan tak jarang mereka sampai
di rumah saat adzan maghrib. Bisa dibayangkan betapa lelahnya mereka
setiap hari menempuh jarak sejauh itu.
“Ngomong-ngomong Bapak sudah berapa lama bertugas di SDN tersebut Pak
?,” Tanya saya penasaran.
“Masih baru kok Dik, baru 22 tahun,” Jawab Pak Guru sambil tersenyum.
“Haa….,” saya tersentak tak percaya.
Semoga Tuhan memberi kesehatan dan kekuatan pada guru-guru seperti
mereka
Salam dari ujung timur Madura
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abujamiledy/kisah-seru-di-hari-guru_5656e0f2f27e61320909bfdb
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abujamiledy/kisah-seru-di-hari-guru_5656e0f2f27e61320909bfdb
Kisah Seru di Hari Guru
26 November 2015 17:37:38 Diperbarui: 26 November 2015 17:47:26 Dibaca :
5 Komentar : 0 Nilai : 0
Kisah Seru di Hari Guru
Selasa siang kemarin 24 November 2015 saat melewati wilayah Kecamatan
Ambunten Kabupaten Sumenep saya bersama seorang teman berteduh di teras
sebuah rumah di pinggir jalan karena saat itu wilayah tersebut diguyur
hujan. Beberapa menit kemudian juga ikut berteduh dua orang yang
ternyata berprofesi sebagai guru. Sambil menunggu hujan reda kamipun
mengobrol. Bapak guru ini berasal dari Desa Kalianget Timur yaitu sebuah
desa paling ujung di daratan pulau Madura dan mengajar di SDN di sebuah
desa di wilayah Kecamatan Pasongsongan yang letaknya berbatasan dengan
Kabupaten Pamekasan.
Saya merasa kaget mendengar cerita dua orang guru ini, ternyata mereka
berdua setiap hari pulang pergi dari Kalianget ke Pasongsongan. Ini
sangat luar biasa menurut saya karena jarak yang harus ditempuh
bapak-bapak guru ini sangat jauh.
“Jika Bapak setiap hari pulang berapa jam perjalanan itu Pak ?,” Tanya
saya.
“Kurang lebih 1 jam 20 menit dik, dengan jarak lebih dari 50 km,” jawab
Bapak Guru ini.
Wah, bisa dibayangkan setiap hari dua orang guru ini harus menempuh
jarak sejauh itu. Dengan jarak 50 km saja dalam 2 hari perjalanan yang
harus ditempuh oleh mereka adalah 200 km. Ini berarti lebih jauh dari
jarak antara Kalianget – Surabaya yang hanya 166 km.
Guru-guru ini juga bercerita bila musim hujan tak jarang mereka sampai
di rumah saat adzan maghrib. Bisa dibayangkan betapa lelahnya mereka
setiap hari menempuh jarak sejauh itu.
“Ngomong-ngomong Bapak sudah berapa lama bertugas di SDN tersebut Pak
?,” Tanya saya penasaran.
“Masih baru kok Dik, baru 22 tahun,” Jawab Pak Guru sambil tersenyum.
“Haa….,” saya tersentak tak percaya.
Semoga Tuhan memberi kesehatan dan kekuatan pada guru-guru seperti
mereka
Salam dari ujung timur Madura
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abujamiledy/kisah-seru-di-hari-guru_5656e0f2f27e61320909bfdb
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/abujamiledy/kisah-seru-di-hari-guru_5656e0f2f27e61320909bfdb
Kemegahan Masjid Agung Sumenep
Bagaimana ?? anda tertarik melihatnya ?.. kami tunggu kedatangannya :)
Salam dari ujung timur Madura
https://twitter.com/abujamiledy
https://www.facebook.com/abu.jamiledy
Antri Botol di RSU Dr.Soetomo Surabaya
Dari dulu saya sering dengar dan penasaran ingin tahu katanya kalau mau periksa di RSU Dr.Soetomo jika ingin dapat nomor antrian agak cepat atau awal harus melalui suatu proses yang namanya "Ngantri Botol". Jika ini tidak dilakukan maka bersiap-siaplah untuk mendapat nomor antri diatas 700.
Saat mendampingi kakak operasi kebetulan sepupu istri mau periksa dan saya diminta untuk ikut antri botol.
Tanggal 6 Mei 2015 Jam 23:20 WIB saya berjalan menuju depan ruang antri dan ternyata disana sudah banyak orang berkumpul. Karena baru pertama kali saya beranikan diri bertanya pada salah seorang yang berada disitu.
"Maaf Pak, gimana cara antri botol?,".
"Oh, sampeyan daftar dulu Mas,"
Saya segera mendekati "relawan" yang mencatat.
"BPJS atau JKN ?" tanya si petugas tadi. Dan lelaki kemayu itu lalu menulis nama dan asal daerah saya.
"Siap-siap, sebentar lagi akan dimulai". Jam menunjukkan 23:40 WIB saat petugas itu mengingatkan. Tepat jam 23:45 WIB petugas itu berdiri lalu memanggil nama dan alamat satu persatu. Orang yang dipanggil segera meletakkan botol sesuai urutan panggilan. "Hei !, nama kamu siapa koq nyerobot naruh botol?!". Tegur si petugas jika ada orang yang mencoba menaruh botol tidak sesuai nama dan alamat. Ternyata malam itu saya lumayan beruntung karena dapat nomor urut botol di barisan nomor 39. Setelah menaruh botol saya meninggalkan tempat dan beristirahat.
Saat pagi mulai menjelang pasien atau keluarga pasien mulai datang untuk mengawal botol yang sudah berbaris sejak tengah malam. Sementara mereka yang baru datang berjejer di belakang botol sambil duduk memegang map berisi berkas yang dibutuhkan.
Jam 05:45 pintu dibuka dan antrianpun mulai berjalan. Botol-botol yang mengantri sejak malam hari dilemparkan ke plastik yang sudah ada di depan pintu ruangan. Untuk pasien SPM, Jamkesda dan yang sejenis jangan lupa bilang SPM di loket antrian, jika tidak kita harus mengulang lagi antrian yang memakan waktu lama.
Saat mendampingi kakak operasi kebetulan sepupu istri mau periksa dan saya diminta untuk ikut antri botol.
Tanggal 6 Mei 2015 Jam 23:20 WIB saya berjalan menuju depan ruang antri dan ternyata disana sudah banyak orang berkumpul. Karena baru pertama kali saya beranikan diri bertanya pada salah seorang yang berada disitu.
"Maaf Pak, gimana cara antri botol?,".
"Oh, sampeyan daftar dulu Mas,"
Saya segera mendekati "relawan" yang mencatat.
"BPJS atau JKN ?" tanya si petugas tadi. Dan lelaki kemayu itu lalu menulis nama dan asal daerah saya.
"Siap-siap, sebentar lagi akan dimulai". Jam menunjukkan 23:40 WIB saat petugas itu mengingatkan. Tepat jam 23:45 WIB petugas itu berdiri lalu memanggil nama dan alamat satu persatu. Orang yang dipanggil segera meletakkan botol sesuai urutan panggilan. "Hei !, nama kamu siapa koq nyerobot naruh botol?!". Tegur si petugas jika ada orang yang mencoba menaruh botol tidak sesuai nama dan alamat. Ternyata malam itu saya lumayan beruntung karena dapat nomor urut botol di barisan nomor 39. Setelah menaruh botol saya meninggalkan tempat dan beristirahat.
Saat pagi mulai menjelang pasien atau keluarga pasien mulai datang untuk mengawal botol yang sudah berbaris sejak tengah malam. Sementara mereka yang baru datang berjejer di belakang botol sambil duduk memegang map berisi berkas yang dibutuhkan.
Jam 05:45 pintu dibuka dan antrianpun mulai berjalan. Botol-botol yang mengantri sejak malam hari dilemparkan ke plastik yang sudah ada di depan pintu ruangan. Untuk pasien SPM, Jamkesda dan yang sejenis jangan lupa bilang SPM di loket antrian, jika tidak kita harus mengulang lagi antrian yang memakan waktu lama.
Selalu Bersyukurlah
Pagi itu 1 Mei 2015 di luar
ruangan Dahlia RSUD Dr. Soetomo seorang pasien tegap dan gagah berjalan agak terseret
lalu duduk di bangku. Iseng-iseng saya tanya, "Sakit apa Pak?". Bapak
bertubuh tegap itu lalu menjawab, "Ini penyempitan saluran kencing". Obrolanpun
terus berlanjut si bapak tinggal di Surabaya dan bertugas di pelabuhan Perak.
Dia berasal dari Ambon dan sudah 15 tahun di Surabaya. Saya agak kaget juga
ternyata si bapak seorang polisi.
Pak Polisi berbagi cerita
bahwa dia selama puluhan tahun jadi polisi tidak punya apa-apa. "Ah masa Pak
?" saya tidak percaya. "Benar Mas". Saya terkejut, dan yang
semakin membuat saya terkejut Pak Polisi ini ke tempat tugasnya dan sehari-hari
naik sepeda motor Honda Supra keluaran tahun 2000. Benar-benar Polisi yang langka.
"Kalau saya mau dengan
uang yang tidak jelas kehalalannya saya sudah kaya Mas, tapi buat apa? Harta
tidak akan dibawa mati. Allah menciptakan Surga dan Neraka agar kita berfikir
dan bisa membedakan baik dan buruk. Buat apa kita kaya dengan uang setan dan akan
menjadi racun bagi kita, kita dikasih kesehatan saja sudah anugerah yang tak
terhingga. Serahkan pada yang punya dunia ini. Dunia ini luas, burung saja
dikasih rezeki apalagi kita manusia. Jadi bersyukurlah atas apa yang kita
miliki saat ini." Dia juga bilang siapapun dan dimanapun kita jangar
pernah berhenti untuk berbuat kebaikan untuk orang lain. Luar Biasa Pak
Polisi..!!!
Pagi itu saya dapat sesuatu
yang berharga dari pak polisi. Nikmatilah apa yang ada, jangan hidup bermewah-mewahan
jika di sekelilingnya masih ada yang kesusahan, berusahalah untuk berbagi serta
selalu bersyukur. "Terimakasi Pak Polisi,".
Proses Pembuatan SPM untuk Perawatan di Rumah Sakit
Kali ini saya ingin berbagi pengalaman tentang proses pembuatan SPM (Surat Pernyataan Miskin) yang digunakan oleh warga kurang mampu di Rumah Sakit. Tentu tiap daerah berbeda, yang ingin saya bagi adalah pembuatan SPM di Kabupaten Sumenep karena kebetulan kemarin mengurus SPM untuk salah seorang kerabat .
Prosesnya adalah sebagai berikut :
- Siapkan 1 lembar map dan juga 1 lembar materai yang Rp.6.000,- (Untuk bayi mintalah Surat Keterangan Kelahiran dari Bidan yang menangani)
- Meminta kepada Kepala Desa untuk dibuatkan SPM,
- Tempelkan materai di SPM lalu ditanda tangani atau cap jempol oleh yang bersangkutan dalam hal ini adalah orang yang sedang sakit.
- Jika orang yang sakit sudah lebih dulu masuk ke Rumah sakit mintalah Surat Perawatan dari Rumah Sakit.Surat ini dibutuhkan untuk minta rujukan ke Puskesmas Kecamatan
- Setelah SPM ditempeli materai dan tanda tangan foto copylah 1 lembar.
- Bawalah SPM yang asli dan foto copynya ke kantor Kecamatan setempat untuk minta tanda tangan Camat.
- Setelah ditanda tangani oleh Camat SPM selanjutnya di fotocopy lagi sebanyak 2 lembar, fotocopy KTP sebanyak 2 lembar, fotocopy KK 2 lembar, dan Surat Perawatan dari Rumah Sakit bagi yang sudah lebih dulu masuk ke Rumah Sakit. Semua berkas ini diserahkan kepada petugas di Puskesmas Kecamatan untuk mendapatkan Surat Rujukan.
- Selanjutnya berkas yang dari Puskesmas Kecamatan dibawa ke Dinas Kesehatan bagian pelayanan SPM. Untuk wilayah Sumenep di sebelah timur Taman Bunga dan berada di bagian belakang. Di tempat ini kita butuh orang yang masuk dalam daftar KK. Jadi bagi anda yang mengurus SPM tapi tidak masuk dalam KK wajib membawa keluarga orang yang sakit yang memang satu KK. Disini kelengkapan berkas yang dibutuhkan adalah SPM asli, Bagi bayi sertakan Surat Keterangan Kelahiran, KTP asli dan fotocopynya, KK dan fotocopynya.
- Setelah selesai fotocopy semua berkas sesuai dengan urutannya dan di steples, banyaknya disesuaikan dengan kebutuhan misalnya masing-masing 5 lembar. Serahkan satu bendel fotocopy (yang sudah di steples) ke pihak Dinas Kesehatan bagian SPM dan sisanya digunakan untuk keperluan di rumah sakit.
Sekian apa yang bisa saya bagikan semoga bermanfaat dan yang terpenting semoga kita selalu diberi kesehatan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Salam dari ujung timur Madura
Potret Pendidikan di Pulau Terpencil
![]() |
| Kondisi Bangunan MI Makarimal Akhlaq |
Lembaga Pendidikan Makarimal
Akhlaq adalah contoh Potret Buram Pendidikan di negeri ini. Lembaga ini berdiri
di sebuah pulau terpencil di Kabupaten Sumenep yaitu di Pulau Tonduk atau
masyarakat mengenalnya sebagai Desa Tonduk. Pulau yang masuk dalam wilayah Kec.
Raas ini dihuni penduduk sekitar 3.500 jiwa dan hanya tersisa 35 % karena 65%
pergi merantau ke berbagai wilayah di Indonesia. Di pulau ini terdapat satu SD
Negeri dan beberapa lembaga pendidikan swasta.
Kepala MI Makarimal Akhlaq Abdul
Arief, S.Pd. menjelaskan bahwa selama ini lembaga yang dikelolanya belum pernah
disentuh bantuan pembangunan gedung sekolah. Selama ini pihaknya mengandalkan
sumbangan masyarakat sekitar untuk kepentingan yang berkaitan dengan bangunan
fisik sekolah. Selain itu Kepala Sekolah yang pernah menimbah ilmu di Ponpes
Mathali’ul Anwar Sumenep ini juga menjelaskan lembaga yang dikelolanya masih
sangat membutuhkan guru. Maklum jumlah guru di lembaga ini sangat terbatas
sehingga proses belajar mengajar tidak maksimal.
![]() |
| MI Makarimal Akhlaq dari kejauhan |
“Sejujurnya kami berharap ada
perhatian dari pihak terkait untuk meningkatkan kualitas pendidikan di lembaga
kami, baik berupa bangunan ataupun tambahan pengajar,” ungkap Abdul Arief.
Sarjana muda lulusan STKIP Sumenep ini juga mengungkapkan keinginannya untuk
membangun desanya, khususnya di bidang pendidikan. Saat pertama kali masuk
dalam lembaga yang di rintis oleh orang tuanya yaitu KH. Abu Zairi, Arif
mengungkapkan kesedihannya. Betapa tidak dia menjumpai seorang siswa kelas V di
MI Makarimal Akhlaq belum bisa membaca. Sejak saat itu Abdul Arif bertekad akan
berjuang keras untuk memajukan lembaganya yang menaungi RA,MI dan Madrasah
Diniyah.
Langkah awal yang dilakukan oleh
Abdul Arief, S.Pd. adalah mencoba menata administrasi sekolah. Dia juga
berjuang untuk meyakinkan masyarakat bahwa MI dan SD tidak ada perbedaan.
Selama ini yang berkembang di kalangan masyarakat desa ini adalah bahwa lulusan
SD akan lebih baik dan menjanjikan dibanding lulusan MI.
Selain kekurangan ruangan dan
pengajar di lembaga ini juga tidak ada sarana permainan untuk anak khususnya
siswa RA. Arief berharap kedepan ada kepedulian dari berbagai pihak untuk
meningkatkan mutu pendidikan di lembaganya. Menurutnya bahkan ada anak yang
lulus SD atau MI di pulau ini langsung bekerja ikut keluarganya merantau. Jika
hal ini terus dibiarkan bagaimana generasi Indonesia kedepan bisa maju menghadapi
persaingan global.
Mengenal Tonduk “Pulau Putri” yang Semakin Mengecil
![]() |
| Pulau Tonduk |
Sumenep adalah Kabupaten
Kepulauan di Madura dan berbeda dengan tiga kabupaten lainnya. Kabupaten ini
terdiri dari ratusan pulau. Tonduk adalah salah satu pulau di Sumenep yang
berada dalam wilayah Kecamatan Raas. Warga setempat lebih akrab menyebut pulau
ini dengan sebutan Desa Tonduk bukan Pulau Tonduk, mengingat pulau ini juga
hanya terdapat satu desa yaitu Desa Tonduk. Menurut sesepuh Desa Tonduk KH. Abu
Zairi Nama Tonduk sendiri berasal dari kata Tunduk atau Patuh. Untuk sampai di
pulau ini dibutuhkan waktu 30 menit dari pelabuhan di Pulau Raas dengan
menggunakan perahu kecil . Dari kejauhan pulau ini tampak indah dengan
dikelilingi oleh pasir putih dan lambaian beberapa pohon kelapa. Luasnyapun tidak
seberapa. Menurut warga setempat mungkin sekitar 7 x 2 km. Tanah di pulau ini
gersang sehingga penduduk pulau ini hanya bercocok tanam dimusim hujan.
![]() |
| Suasana pantai DesaTonduk |
Warga juga sering menyebut nama
pulau ini dengan sebutan “Pulau Putri”. Menurut warga sebutan itu disematkan karena
penduduk desa ini memang penghuninya lebih banyak perempuan ketimbang
laki-laki. Sedangkan yang tersisa paling banyak ibu-ibu dan anak-anak. Jumlah penduduk pulau ini sekitar 3.500 jiwa
dan hampir 65 % penduduk pulau ini merantau. Tujuan mereka merata di berbagai
wilayah Indonesia dari ujung timur ke ujung barat misalnya Papua, Maluku, Jawa
hingga Aceh. Yang paling banyak mereka bekerja sebagai pencari teripang atau
timun laut yang konon harganya bisa mencapai 1 juta/kg. Untuk mendapatkan
teripang ini nelayan harus menyelam puluhan meter kedalam dasar laut.
Selebihnya penduduk desa ini bekerja sebagai pedagang dan berbagai profesi
lainnya juga di perantauan. Mereka biasanya kumpul bersama keluarga pada saat
moment Ramadhan dan Idul Fitri. Di desa Tonduk ini terlihat berdiri rumah-rumah
megah, namun sayang rumah-rumah ini banyak yang tidak dihuni dan hanya sebagai
tempat singgah disaat para perantau pulang kampung.
![]() |
| Anak-anak Desa Tonduk |
Warga Desa Tonduk juga
mempercayai bahwa desa mereka adalah desa yang damai. Terbukti bahwa hingga
saat ini belum ada pertikaian yang sampai menumpahkan darah antar sesama
penghuni pulau. Bahkan sampai orang yang dikenal sebagai bajinganpun ketika
menginjakkan kaki di pulau ini akan kehilangan sifat brutalnya.
Untuk penerangan di malam hari warga
mengandalkan mesin genset dan tenaga surya. Sementara untuk berkomunikasi
melalui handphone sangat sulit di pulau ini. Maklum saja di pulau ini belum ada
tower komunikasi yang berdiri sehingga mereka mengandalkan sinyal yang berasal
dari Pulau Raas. Untuk memperkuat sinyal sebagian warga menggunakan antena untuk
didekatkan dengan hanphone yang mereka gunakan dan itupun tidak maksimal karena
sering terputus saat berkomunikasi. Cara meletakkan handphone pun cukup unik
yaitu ditempat yang tinggi misalnya diatas lemari atau diatas pintu rumah.
Menurut tokoh masyarakat setempat
KH.Abu Hasan yang juga sebagai pengelola lembaga pendidikan dulunya pulau ini
lumayan luas, namun karena sering mengalami abrasi sehingga daratan pulau ini
terus mengalami penyusutan. Warga pulau ini berharap ada perhatian serius dari
pihak terkait sehingga keberadaan pulau ini tetap bisa dipertahankan.
Persyaratan dan Prosedur Perpanjangan SIM
Kesempatan kali ini saya coba berbagi pengalaman dalam hal
Perpanjangan SIM. Karena saya warga Sumenep mungkin ini bisa membantu bagi anda
yang berdomisili di Sumenep. Namun barangkali di tempat lain juga sama atau ada
kemiripan. Untuk memudahkan anda saya akan mencoba menjelaskan sedetail
mungkin. Sebetulnya prosesnya tidak terlalu sulit, jadi gak perlu pake
Perantara alias Calo dech..
Berikut
beberapa persyaratan yang harus anda siapkan dalam perpanjangan SIM
Persyaratan
:
- SIM Asli
- KTP asli dan Fotocopynya sebanyak 3 lembar
- Map warna biru
- Pulpen
- Baju Kerah ( jangan pakai kaos atau baju yang tidak ada kerahnya yach..)
- Snack atau makanan ringan ( kalau yang ini tidak wajib, hanya persiapan saja mengingat proses yang berjam-jam,, hehehe... )
Sekarang kita ke langkah selanjutnya yaitu proses perpanjangan SIM.
Jika anda tidak tahu lokasi loket atau ruangan jangan malu untuk bertanya ke
petugas atau sesama masyarakat yang ada disitu.
Urut-urutan
ruangannya adalah sebagai berikut :
1. Datang
ke lokasi Pembuatan dan Perpanjangan SIM,
Kalau di Sumenep tempatnya di “UNIT YAN
SIM” Polres Sumenep. Jangan lupa membawa persyaratan yang sudah dimasukkan
dalam Map berwarna biru. Jika anda membawa kendaraan segera menuju ke tempat
parkir dan jangan lupa bayar uang parkir, gak mahal, Cuma seribu
doank,,he..he..he...
2. Ruang
Kesehatan untuk mendapatkan Surat Keterangan Dokter.
Serahkan berkas anda ke petugas di raung
kesehatan dan duduk manis diluar ruangan sambil menunggu nama kita dipanggil. Ingat
jangan coba-coba minta Surat Keterangan Dokter di luar, karena jika anda
membuat Surat Keterangan di Puskesmas atau Klinik maka di ruangan ini tetap
akan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 15.000. Jadi eman-eman soalnya
saya sendiri mengalaminya, sudah membuat Surat Keterangan dari Dokter Puskesmas
dan bayar 10.000,- sesampainya di Ruang Kesehatan tetap membayar Rp. 15.000
dengan alasan disana sudah ada Dokter khusus untuk kelengkapan SIM .
3. Ruang
Sidik Jari
Serahkan berkas ke petugas, di ruangan
ini kita akan mengisi formulir dan sekaligus sidik jari. Isilah kolom formulir
yang disediakan oleh petugas, jika kurang faham jangan takut untuk bertanya.
4. Ruang
Foto
Serahkan berkas ke petugas, di ruangan
ini anda akan difoto dari 3 sisi. yaitu depan, samping kanan dan samping kiri.
Disini anda dikenakan uang sebesar Rp. 15.000
5. Ruang
Sidik Jari
Serahkan berkas ke petugas, dan ikuti
proses selanjutnya
6. Loket
I (Pendaftaran)
Sebelum Map berisi berkas anda serahkan
terlebih dahulu tulis Nama, Tempat dan Tanggal Lahir anda di Luar Map. Lalu
serahkan Map ke petugas Loket. Disini anda akan ditanya : “Baru atau
Perpanjangan..???”, anda jawab : “Perpanjangan”. Setelah itu duduk manis dulu
di ruang tunggu. Proses ini butuh waktu lama mengingat banyaknya pendaftar. Dan
yang akan memanggil nama anda bukan petugas Loket I, melainkan petugas di Ruang
Teori, jadi arahkan pandangan dan pendengaran anda ke Ruang Teori. Buka dulu
snack dan minuman anda, hehehe..
7. Ruang
Teori
Di ruangan ini anda kembali akan diberi formulir,
yaitu Formulir Permohonan SIM. Jangan khawatir karena petugas di ruangan ini
akan memandu anda dalam pengisian formulir. Jika kurang jelas jangan takut
bertanya, karena petugasnya juga ramah. Setelah selesai petugas akan mengecek
formulir anda dan akan meminta anda untuk segera ke Loket Bank untuk
pembayaran.
8.
Loket
Bank
Di loket ini anda harus membayar biaya
perpanjangan SIM sebesar Rp. 75.000,-
9. Loket
I (Pendaftaran)
Selanjutnya serahkan kembali berkas anda
ke Loket I (Pendaftaran). Duduk kembali di ruang tunggu sambil menunggu nama
anda di panggil oleh Loket IV yang ada di sebelah Loket I
10. Loket
IV
Setelah nama anda dipanggil segera masuk
ke ruangan, di tempat ini proses akhir akan dilakukan oleh petugas. Anda akan
diminta untuk cap jempol tangan kanan dan kiri serta tanda tangan. Disini juga
akan dilakukan pemotretan terakhir .
Setelah itu keluar loket dan tunggu
dengan sabar. Jika tidak ada kendala proses akhir ini sekitar + 10
menit. Dan yang paling akhir anda akan dipanggil untuk menerima SIM
Agar lebih lengkap berikut saya tuliskan rincian biaya yang harus kita
keluarkan dalam perpanjangan SIM ini, yaitu :
Fotocopy KTP 3 lembar : 450
Map biasa warna biru : 1.000
Biaya Parkir : 1.000
Surat Keterangan Dokter : 15.000
Biaya Foto : 15.000
Bayar ke Bank : 75.000
Total :
107.450
Demikian apa yang bisa saya sharing disini, semoga
ada manfaatnya. Dan anda yang mempunyai informasi tambahan terkait perpanjangan
SIM jangan lupa komentarnya, agar kita
bisa mendapat pencerahan.
“Mator Sakalangkong” ( Terimakasih
)



























