"Dakwah adalah Cinta. dan Cinta akan meminta semuanya dari dirimu" |
Perkembangan dan kelangsungan kehidupan beragama dalam Islam
tidak dapat dipisahkan dari para juru dakwah. Sejak zaman Rasulullah , para
sahabat, para aulia hingga zaman sekarang dilanjutkan oleh para Kyai dan
Ustadz. Mereka berjuang menegakkan agama Allah di muka bumi.
Di Indonesia kita mengenal bagaimana perjuangan Walisongo
(Wali Sembilan) menyebarkan Islam di tanah Jawa. Para wali Allah ini bahkan
rela meninggalkan keluarga dan tempat tinggalnya. Dari pusat keramaian hingga
ke pelosok mereka datangi. Masuk hutan keluar hutan, naik ke perbukitan hingga
menyeberang lautan. Mereka tidak berharap sesuatu kecuali ridho Allah dan Rasulnya.
Di zaman sekarang perjuangan itu masih ada dan akan terus
ada. Ratusan bahkan ribuan Kyai dan Ustadz di negeri ini terus dengan giat
membina umat agar tetap selalu berada di jalan-Nya. Namun ada yang sedikit berbeda
dengan zaman sebelumnya. Diantara para juru dakwah ini ternyata masih ada yang
belum sepenuh hati merelakan dan mengabdikan hidupnya di jalan Allah. Dan di
zaman sekarang jarang sekali kita mendengar ada Kyai atau Ustadz yang mau turun
kebawah, tentu tidak semuanya.
Biasanya mereka akan turun dan menyampaikan dakwah manakala
ada undangan peringatan hari-hari besar Islam. Sebagian beralasan mereka sibuk membina
pesantren, tentu ini tidak salah karena memang pesantren membutuhkan mereka
untuk mencetak generasi yang cerdas, berakhlaqul karimah dan siap untuk
melanjutkan perjuangan Islam ketika para santri sudah lulus dari pesantren. Namun
yang sangat memprihatinkan ada beberapa juru dakwah yang seringkali
mengingatkan “honor” nya kepada panitia acara manakala mereka diundang dalam
sebuah acara pengajian. Dari segi etika ini sepertinya kurang enak di dengar.
“ Masih banyak lagi
keutamaan dan makna dari Ibadah yang kita lakukan, namun saya tidak bisa jelaskan
sekarang. Kalau dijelaskan sekarang nanti sampeyan tidak ngundang saya lagi dan
saya tidak dapat honor,” begitulah ucap seorang kyai dalam ceramahnya. “Saya tidak meminta, hanya sekedar mengingatkan agar panitia tidak lupa
amplopnya kepada saya”. Itu juga cuplikan ceramah dari salah satu kyai yang
di undang dalam sebuah acara peringatan hari besar Islam.
Kita yakin masih banyak Kyai dan Ustadz yang memang tulus
berjuang demi agama. Namun apa yang seringkali disampaikan oleh beberapa juru
dakwah ini seakan mencederai tujuan mulia itu. Sebagai umat salahkah kita jika
berfikir : “Mereka itu mau berdakwah atau bekerja ?”
Teringat akan sebuah cerita dari seorang Muallaf yang
kemudian menjadi Da’i terkenal di negeri ini. Beliau bercerita suatu saat ketika
berada di pesantren ditugaskan oleh Gurunya untuk berdakwah. Sang kyai berpesan
: “Nak, kamu kalau mau berdakwah itu yang ikhlas..”. si Muallaf ini lalu
bertanya : “Ciri-ciri orang berdakwah yang ikhlas itu seperti apa Kyai..??”
Sang Kyai lalu menjawab : “ Ciri-ciri berdakwah yang ikhlas itu adalah : Pertama,
Jika mau berdakwah kamu makan dulu, siapa tahu nanti disana kamu tidak dikasih
makan, lalu yang kedua kamu bawa sango (ongkos), siapa tahu nanti disana kamu
tidak dikasih ongkos.” Begitulah nasehat Kyai untuk sang murid yang ingin
berdakwah.
Idealnya barangkali seorang juru dakwah harus sudah mempunyai
penghasilan yang mencukupi kehidupan keluarga. Sehingga diharapkan para Da’i
ini akan berdakwah sepenuh hati tanpa memikirkan soal materi. Bukankah junjungan
kita Nabi Muhammad selain menyampaikan ajaran Islam beliau juga bekerja sebagai
pengembala kambing dan berdagang. Begitu juga dengan para utusan Allah yang
lain.
Tentu tidak salah jika seorang Da’i mendapatkan sesuatu dari
umat yang mengundang untuk memberikan tausiyah, namun jangan kemudian itu
menjadi tujuan dari Sang Da’i tersebut, apalagi sampai mengingatkan panitia. Sebab
tanpa di ingatkanpun panitia pasti akan berfikir dan mempersiapkan segala
sesuatunya, meskipun itu dana dari hasil patungan dan mengajukan proposal untuk
mengadakan sebuah acara keagamaan.
Semoga kedepan Para Da’i akan berusaha untuk berbenah dan
meluruskan niat agar tidak ada lagi anggapan
miring tentang Kyai dan Ustadz di masyarakat. Amien..
Wallahu A'lam Bishawab
(Abu Jamiledy)
0 comments:
Post a Comment