Sumenep- Pinggirpapas adalah sebuah desa yang terletak diujung paling timur Pulau Madura.
Jumlah penduduknya lumayan banyak yaitu + 4.000 jiwa. Di musim
kemarau hampir separuh atau bahkan mungkin lebih penduduknya eksodus ke luar
daerah. Daerah tujuan mereka adalah 4 kabupaten di Madura dan sebagian wilayah
Jawa Timur seperti Surabaya, Gresik, Sidoarjo dan Pasuruan.
Tujuan mereka tak lain adalah mencari penghidupan yang layak sebagai pekerja garam musiman di lahan-lahan milik warga luar daerah. Di Surabaya mereka tersebar di berbagai lokasi, namun yang paling banyak mereka dapat kita jumpai di daerah Greges, Tandes, Manukan, Sememi, Tambak langon, Tambak Osowilangon, Babat Jerawat, Pakal, Tambakdono dan disekitar GOR dan TPA.Mereka berangkat awal musim kemarau yaitu sekitar bulan Mei-Juni, dan baru kembali setelah musim kemarau berakhir yaitu bulan Nopember atau Desember, Jika dihitung dalam hitungan bulan kurang lebih mereka meninggalkan kampung halamannya selama 6 bulan. Ini berarti mereka tinggal di Madura hanya setengah tahun.
Ironisnya mereka bekerja dengan
membawa serta keluarga termasuk anak-anak. Anak-anak yang ikut serta rata-rata
usianya 0 – 17 tahun. Anak-anak ini bukannya tidak sekolah, mereka tetap
sekolah walaupun hanya pada musim hujan saja. Bagi yang lahannya dekat dengan
pemukiman biasanya orang tuanya menyekolahkan anaknya di daerah tujuan, Namun
ini jumlahnya sedikit sekali hanya beberapa anak dari ratusan anak. Jika kita
mau melihat dan merasakan betapa ilmu yang mereka dapatkan dibangku sekolah
selama setengah tahun sungguh tidak maksimal, Wajar saja jika rata-rata nilai
raport mereka tidak menunjukkan prestasi yang diharapkan.
Sungguh memprihatinkan nasib
pendidikan anak-anak ini, jika kemarau datang mereka harus rela meninggalkan
bangku sekolahnya dan ikut serta orang tuanya. Di rantau mereka tinggal di alam
terbuka dan hanya tinggal di sebuah gubuk kecil yang berukuran kira-kira 3 x 4
meter dengan kondisi yang memprihatinkan.Siang hari aktifitas mereka adalah
bermain dengan alam dan panasnya matahari di musin kemarau. Sementara pada
malam hari mereka harus berjuang melawan dinginnya udara malam dan gigitan
nyamuk liar.
Bagi mereka yang tidak
melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP atau SMA, mereka tetap ikut orang tuanya.
Cuma bedanya mereka bisa membantu pekerjaan orang tuanya. Namun pada malam
harinya sebagian dari mereka keluyuran ke tempat-tempat keramaian bahkan ke
tempat hiburan. Alasannya untuk menghilangkan penat setelah seharian bekerja
membantu orang tuanya.Lambat laun mereka sudah bisa beradaptasi dengan
lingkungan dan kerasnya hidup di kota besar seperti Surabaya termasuk dalam kebiasaan
yang kurang baik. Sebut saja misalkan Tawuran,
Tempat hiburan malam, minuman keras bahkan sampai ke lokalisasi mereka datangi.
Celakanya ketika mereka kembali
ke kampung halamannya beberapa diantara mereka menularkan “ilmu”nya
kepada teman-teman di desanya. Ketika ada keramaian misalnya sesekali “alumni”
Surabaya ini yang menjadi koordinator
untuk urusan tawuran dan mabuk-mabukan.
Dengan kondisi ini adakah pihak yang peduli ....???!Sumenep daerah yang kaya , sumber alamnya melimpah, dan di Pinggirpapas ada BUMN ( PT.Garam ) , Jika memang terpaksa mereka harus keluar daerah untuk mencari penghidupan layak, paling tidak ada kepedulian dari berbagai pihak untuk memperhatikan kondisi pendidikan anak-anak ini.
Lalu masa depan seperti apa yang kita harapkan dari kondisi pendidikan anak yang seperti ini..??? Benarkah kita sudah Merdeka..???? Oh.. Indonesiaku……..
Sumenep, 26 Agustus 2013
(Abu Jamiledy)
0 comments:
Post a Comment